Kamis, 06 September 2012

Iwan Fals-Akustik




Begitu banyak album kompilasi Iwan Fals yang beredar, terutama dalam format kaset yang tentu saja membuat calon penggemar Iwan Fals kebingungan. Pada dasarnya dari sisi label, album Iwan Fals dapat di kategorikan kepada:
- Label pra Musica (3 bulan, Perjalanan, Canda Dalam Ronda)
- Label Musica era 1 (Opini s/d Antara Aku, Kau, dan Bekas Pacarmu)
- Label Airo (Mata Dewa, Swami, Kantata Takwa)
- Label non Musica & Airo (Cikal, Belum Ada Judul, Hijau, Dalbo, Orang Gila)
- Label Musica era 2 (Suara Hati s/d 50:50)

Kompilasi yang banyak beredar sepengetahuan saya belum mewakili dari seluruh era tersebut.

Inilah salah satu album kompilasi yang cukup lengkap yang memungut lagu dari album:
Label Musica:

  • Opini (1982)
  • Sumbang (1983)
  • Barang Antik (1984)
  • Sugali (1984)
  • Sore Tugu Pancoran (1985)
  • Ethiopia (1986)


Label Harpa:

  • Belum Ada Judul (1992)
  • Orang Gila (1994)


tracklist:
01-Maaf Cintaku (Sugali-1984)
02-Satu-Satu (Orang Gila-1994)
03-Coretan Dinding (Belum Ada Judul-1992)
04-Jangan Bicara (Barang Antik-1984)
05-Mereka Ada Di Jalan (Belum Ada Judul-1992)
06-Galang Rambu Anarki (Opini-1982)
07-Belum Ada Judul (Belum Ada Judul-1992)
08-Ujung Aspal Pondok Gede (Sore Tugu Pancoran-1985)
09-Jendela Kelas Satu (Sumbang-1983)
10-Di Mata Air Tidak Ada Air Mata (Belum Ada Judul-1992 )
11-Ia Atau Tidak (Belum Ada Judul-1992 )
12-Menunggu Ditimbang Malah Muntah (Orang Gila-1994)
13-Opiniku (Opini-1982)
14-Lonteku (Ethiopia-1986)

Lagu-lagu dalam album ini didominasi gitar akustik (notes, seluruh lagu dalam album belum ada judul memang merupakan lagu akustik dengan instrumen gitar & sedikit harmonika), sedangkan lagu diluar album Belum ada Judul masih tersamar instrumen lain.

Seperti layaknya lagu Iwan Fals, lirik lah yang menjadi kekuatannya.
Lagu maaf cintaku bertempo pelan (diselingi batuk dan deheman ..:)), diantara petikan gitar yang terkesan monoton terdapat sedikit sesi brass (trumpet) di tengahnya.

perhatikan lirik lugas ini:

Ingin kuludahi mukamu yang cantik
Agar kau mengerti bahwa kau memang cantik
Ingin kucongkel keluar indah matamu
Agar engkau tahu memang indah matamu

Harus kuakui bahwa aku pengecut
Untuk menciummu juga merabamu
Namun aku tak takut untuk ucapkan
Segudang kata cinta padamu

Mengertilah..
Perempuanku..

Lagu Satu-satu mempunyai sound yang berbeda layaknya sebuah lagu yang diklaim akustik, instrumen listrik terasa kuat membalutnya. Saya lebih merasa seperti menikmati lagu slow rock..:)

...............
Satu satu tunas muda bersemi
Mengisi hidup gantikan yang tua
Tak terdengar tangis tak terdengar tawa
Redalah reda

Waktu terus bergulir
Semuanya mesti terjadi
Daun daun berguguran
Tunas tunas muda bersemi
....................

kocokan gitar akustik pada Coretan Dinding seolah seperti mewakili kegeraman yang tertuang dalam lirik...

Coretan di dinding
Membuat resah
Resah hati pencoret
Mungkin ingin tampil

Tapi lebih resah
Pembaca coretannya
Sebab coretan dinding
Adalah pemberontakan kucing hitam
Yang terpojok di tiap tempat sampah
...............

Diawali tiupan harmonika, Jangan Bicara menjadi blues akustik yang menawan. Menyentil tentang banyaknya bualan di negeri tercinta (ternyata gak banyak berubah sampai sekarang...)

Mereka Ada Di Jalan merupakan salah satu lagu kesayangan saya diantara karya Iwan Fals lainnya. Getir mendengarnya, seolah menelan ludah yang pahit mendengarkan lirik yang dilantunkan. Bagaimana PSSI bisa berjaya jika Lapangan tempat munculnya bibit pesepakbola Nasional semakin berkurang?, hanya anak-anak orang kaya yang belum tentu mempunyai talenta yang dapat bermain Sepak Bola di Lapangan sewaan.
Bagaimana hero sepakbola jaman dulu disebut (Ramang, Sucipto Suntoro, Ronny Pattinasarani, Abdul Kadir, Nobon, Iswadi, Yudo Hadianto, Ronny Paslah, Rully Nere, Ricky Yacobi, Marzuki Nyakmad) kecil bermain diantara puing bangunan tergusur. Getir sekali serasa diiris oleh sayatan harmonika ...

..................
Tiang gawang puing puing
Sisa bangunan yang tergusur
Tanah lapang hanya tinggal cerita
Yang nampak mata hanya
Para pembual saja

Anak kota tak mampu beli sepatu
Anak kota tak punya tanah lapang
Sepak bola menjadi barang yang mahal
Milik mereka yang punya uang saja
Dan sementara kita disini di jalan ini

Bola kaki dari plastik
Ditendang mampir ke langit
Pecahlah sudah kaca jendela hati
Sebab terkena bola
Tentu bukan salah mereka

Roni kecil Heri kecil
Gaya samba sodorkan bola
Nobon kecil Juki kecil
Jegal lawan amankan gawang
Cipto kecil Iswadi kecil
Tak tik tik tak terinjak paku
Yudo kecil Paslah kecil
Terkam bola jatuh menangis

Galang Rambu Anarki, kayaknya gak perlu diceritakan lagi. Hampir setiap orang rasanya sudah pernah mendengar lagu ini.

Kembali sebuah lagu yang getir tentang sebuah sahabat yang hilang. Gitar monoton membalut kekuatan lirik yang ditimpa harmonika yang mengiris tajam.

Ujung Aspal Pondok Gede bertutur tentang tergusurnya suatu peradaban kecil, akibat derasnya roda pembangunan. Suara perih harmonika juga dominan di lagu ini, dan ornamen gesek mewarnai kepedihannya.
...................
Sampai saat tanah moyangku
Tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota
Terlihat murung wajah pribumi
Terdengar langkah hewan bernyanyi

Di depan masjid samping rumah wakil pak lurah
Tempat dulu kami bermain mengisi cerahnya hari
Namun sebentar lagi angkuh tembok pabrik berdiri
Satu persatu sahabat pergi dan tak akan pernah kembali

Iwan Fals banyak membuat lagu cinta, Lagu Jendela Kelas ini salah satunya, terasa genit dan kenes dengan gitar Ian Antono yang khas

Lagi-lagi petikan dari Album Belum Ada Judul, Di Mata Air Tidak Ada Air Mata dan Ya Atau Tidak hanya ada harmonika dan gitar akustik. Lirik Ya Atau Tidak merupakan lagu cinta yang sangat khas Iwan Fals.

................
Tambah senyum sedikit
Apa sih susahnya?
Malah semakin manis
Semanis tebu

Engkau tahu isi hatiku
Semuanya sudah aku katakan
Ganti kamu jawab tanyaku
Ya atau tidak itu saja

Bila hanya diam
Aku tak tahu
Batu juga diam
Kamu kan bukan batu

Aku tak cinta pada batu
Yang aku cinta hanya kamu
Jawab nona dengan bibirmu
Ya atau tidak itu saja
................

Menunggu Ditimbang Malah Muntah yang dipetik dari album rang Gila merupakan lagu dengan lirik yang panjang dengan menyebut nama keluarga Iwan Fals (Yos, Galang, Cikal) ditelinga saya menggambarkan suatu kegelisahan....
..................
Hari ini ada berita
Polisi mati
Hari ini ada berita
Pembantu dibantai majikannya
Hari ini ada berita
Anak anak membunuh orang tuanya
Hari ini ada berita
Orang tua memperkosa anak anaknya
Hari ini ada berita
Guru guru banyak yang sakit jiwa
Hari ini ada berita
Orang orang kaya takut bangkrut
Hari ini ada berita
Mahasiswa protes
Merah putih cemang cemong
Mau insaf susah
Desa sudah menjadi kota
............

Opiniku yang dipetik dari Album Opini (1982) bercerita tentang keganasan dan keserakahan manusia dalam mengarungi kehidupan. (ah jadi inget ributnya pembagian jatah tabung gas konversi dari minyak tanah, dan lain-lain yang sifatnya pembagian, akhirnya program gak sampai ketujuan)

.................
Namun kadang kala ada manusia
Seperti binatang ( kok bisa ? )
Bahkan lebih keji
Dari binatang macan

Tampar kiri kanan alasan untuk makan
Padahal semua tahu dia serba kecukupan
Intip kiri kanan lalu curi jatah orang
Peduli sahabat kental kurus kering kelaparan
..................


Lagu terakhir Lonteku (Album Ethiopia-1986) sungguh lugas sekali liriknya, dengan balutan rock tipis dari gitar listrik Ian Antono. Realitas yang pahit, namun mungkin agak terasa vulgar bagi sebagian orang.

......................
Hembusan angin malam waktu itu
Bawa lari ku dalam dekapanmu
Kau usap luka disekujur tubuh ini
Sembunyilah sembunyi ucapmu

Nampak jelas rasa takut di wajahmu
Saat petugas datang mencariku

Lonteku terima kasih
Atas pertolonganmu di malam itu
Lonteku dekat padaku
Mari kita lanjutkan cerita hari esok

Walau kita berjalan dalam dunia hitam
Benih cinta tak pandang siapa
Meski semua orang singkirkan kita
Genggam tangan erat erat kita melangkah

Sayangnya pada album akustik, lagu ini terpotong tidak utuh di endingnya

Secara keseluruhan, album kompilasi ini sangat memuaskan. rekomen...

Tidak ada komentar: