Rabu, 11 September 2013

Hold!!!!!...berburu kaset Queen

Dalam perburuan kaset Queen yang pernah di rilis di Indonesia, saya menelusuri banyak tempat dari lapak nyata di  Jatinegara, mBeringharjo Jogja, Jl. Surabaya, Blok M-Square (Paling enak tempatnya) hingga ke lapak maya yang banyak di Facebook.
Berburu di lapak online mata harus awas dan kecepatan hold sangat berperan penting dalam perburuan ini. Terlambat sepersekian detik kaset yang diincar bisa jatuh ke pemburu lain. Namun kecepatan hold juga bisa menimbulkan kesalahan, contohnya saat ada yang menawarkan kaset dengan logo Crest serta ada tulisan Friendship Queen dari label yang gak jelas (Elite Creation), tanpa memikir dan bertanya saya langsung hold dan transfer kaset ini, yang saya pikir ini semacam kompilasi Queen yang bertemakan friendship...hahahaha pas sampai rumah ternyata salah, tidak ada lagu You’re The Best Friend, Friends will be friends dan  satupun lagu Queen yang ada disana....ini ternyata kompilasi dengan artis Heatwave (Dreaming You & All I Am), Kool & the Gang (Jones vs Jones), Randy Crawford (One Day I’ll Fly Away) dan lain-lain...yo wis nikmati aja irama yang funky ini.....

Kaset Friendship Queen
Demikian juga saat berburu dilapak nyata, mata harus super awas dan menelusuri satu persatu, maklum sesuai istilah Life begin at 40, dimana saat usia menapak 40 biasanya mata jadi plus (sialnya minus dan plus tidak bisa saling meniadakan) maka pandangan menjadi tidak fokus. Apalagi penjual di lapak nyata biasanya kurang menata rapi dagangannya (Fery Legend mungkin yang paling rapi), sehingga kaset Queen bisa tidak berurutan tempatnya.
Saat berkunjung ke salah satu lapak di Blok M-Square saya nemu deretan kaset Live Aid. Ada dari label Hins Collection, Team dan Billboard. Inilah seri kaset yang menjadi pemicu berakhirnya kaset YESS, Monalisa, Apple, Peony, KISS, Team, AR,  Aquarius, GL, Kings dan lain-lain akibat Bob Geldof selaku pemrakarsa Live Aid Concert for African Famine Relief ngamuk saat kaset ini dirilis di Indonesia dan di ekspor hingga ke Arab. 

Kaset Live Aid Vol 2 (Team Records)
Akhirnya Indonesia mengakhiri era bajakan resmi (pakai PPN), namun sampai saat ini pembajakan di Indonesia tidak pernah habis, produk bajakan beredar mencolok mata di mall hingga lapak pinggir jalan. Bedanya tidak ada cukai atas produk bajakan sekarang.

Dari DVD yang saya tonton, pada konser akbar tersebut Queen juga ikut berpartisipasi pada konser di Wembley Stadium yang terlihat pada DVD 2 Live Aid. Queen sendiri juga merilis dalam format DVD & Bluray Live Aid digabung dengan Montreal berjudul Rock Montreal.
Queen di Live Aid

Pada kaset Live Aid 2 Live Aid at Wembley Stadium London rilisan Team Records dengan nomor T-3391 format C-90, Queen mengisi Side A dengan 6 lagu sebagai berikut:
1. Bohemian Rhapsody
2. Radio Ga-ga
3. Hammer to Fall
4. Crazy Little Thing Called Love
5. We Will Rock You
6. We Are The Champions
Sisanya diisi oleh Dire Straits, Bryan Ferry, Nick Kershaw, Elton John, Adam Ants, Paul Mc Cartney dan Band Aid.

Saya tidak berminat mengambil kaset yang lain, Karena kaset ini master nya menurut khabar adalah dari Video/TV yang pasti memang audio nya nggak kinclong.
Cukuplah saya menikmati format DVD nya.

DVD Live Aid (4 DVD) & Queen Rock Montreal & Live Aid 


Selasa, 03 September 2013

Mengejar Metallica #1

Lagu Seek & Destroy di hadapan kurang lebih 60 ribu rocker dan metalhead yang memadati Gelora Bung Karno, menandai berakhirnya rangkaian tour Metallica Asia 2013 yang digelar di 8 panggung di 6 negara (dimulai di jepang berakhir di Jakarta). 
Koor lantang sambil mengacungkan tinju 60 ribuan penonton bergema di stadion kebanggaan bangsa Indonesia.
Searching 
Seek and Destroy 
Searching 
Seek and Destroy 
Searching 
Seek and Destroy 
Searching 
Seek and Destroy 

Beruntung saya bisa menikmati 2 konser pamungkas pada rangkaian Tour Asia ini, yaitu tanggal 24 Agustus di Changi dan 25 Agustus di GBK.
Kenapa saya begitu bersemangat dengan konser ini?   Alasannya sederhana saja, Metallica lah yang mengembalikan saya ke jalur music rock. Lho memangnya pernah melenceng?
Mengenal music rock sejak akhir 70 an, diawali dengan Deep Purple, Led Zeppelin, Rolling Stones yang berlanjut dengan Queen, Rush, Scorpions, Toto, Yes, Genesis, The Police dan lai-lain hingga tahun 1987. Seiiring hilangnya era keemasan kaset bajakan sebagai imbas mencak-mencaknya Bob Geldof, selera musik sayapun bergeser lebih suka mendengarkan jazz/fusion, sehingga music rock praktis tidak mengisi lagi kehidupan saya. Rasanya saat itu ada perasaan terlalu tua mendengar music rock. Apalagi saat itu saya sedang fokus dalam pekerjaan sehingga mendengar music menjadi hal yang biasa-biasa saja.
Barulah pada pertengahan tahun 90 an, saat sedang merekonsiliasi pekerjaan dan dalam kebuntuan saya mendengar musik rock yang sangat galak dari speaker aktif di PC staf saya. Musik yang sungguh cepat dan menghunjam....teriakan 
Exit light 
Enter night 
Take my hand 
We're off to never never-land

Sungguh kaget saya dengan musik rock yang saya dengar, cepat, menggelegar yang membuat saya mencari informasi tentang Metallica. Wah ternyata Metallica sudah ada sejak awal 80 an. Kemana saja saya selama ini.......
Periode akhir 90 an berkat Metallica dan internet membuat saya tidak merasa terlalu tua untuk music rock. Milis m-claro membantu saya bertemu dengan orang-orang se usia bahkan diatas usia saya yang masih suka dengan musik rock, saling meracuni lewat barter CD-R pun timbul, sehingga musik rock yang didengar pun semakin luas. 

Saat asia tour diumumkan di www.metallica.com, pada tanggal 20 Juni 2013 Metallica memasukkan negara tetangga Singapore sebagai tempat konser pada tanggal 24 agustus 2013, maka saya segera kasak-kusuk untuk mengagendakan untuk nonton konser pada tanggal 24 Agustus tersebut. 

Dengan bantuan teman-teman di And Indonesia For All (AIFA) sebagai wadah penggemar Metallica, sayapun mendapatkan tiket konser di Singapore, dan masih berharap Jakarta masuk dalam agenda Metallica. Dan akhirnya tanggal 4 July 2013, Metallica juga mengumumkan GBK sebagai destinasi mereka di tanggal 25 Agustus 2013. Sungguh bungah hati saya, harapan menonton Metallica 2 x pun terlintas dibenak saya.

Persiapan

Sebagai persiapan sayapun segera membuat playlist untuk membiasakan diri dengan nomor-nomor yang sering dibawakan saat konser. Dan setiap pulang kantor segera memutar DVD konser Metallica mulai dari Woodstock 1990 hingga Quebec Magnetic. Dari DVD-DVD tersebut rasanya ada beberapa lagu yang selalu muncul dalam setiap konser mereka, seperti: Master of Puppets, Harrvester of Sorrow, Welcome Home (Sanitarium), Sad but True, One, For Whom the Bell Tolls, Nothing Else Matters, Enter Sandman, Creeping Death  dan Seek & Destroy. Sementara untuk album St. Anger dan Death Magnetic paling hanya 1, 2 lagu.

Singapore
Berangkat sabtu pagi tanggal 24 Agustus 2013, dalam antrian check in terlihat beberapa orang berkaos hitam bersablonkan Metallica. Kami pun segera bertegursapa dan saling memperkenalkan diri. Sungguh menyenangkan bisa bersama dan menambah teman hanya bermodalkan kesamaan pakaian..hahahaha..:). Setelah mendarat kami masih bertemu rombongan lain yang menggunakan pesawat berbeda, setelah itu bersama rombongan Jogja yang kebetulan menginap di satu area, kami pun segera naik MRT ke kawasan Geylang. Didalam kereta kamipun juga bertemu dengan rombongan lain dari Malaysia dan Filipina. Setelah meletakkan barang dan sholat, kamipun bergegas ke Stasiun Al Djunied untuk menuju tempat shuttle bus berada yaitu di Expo Hall 3. Setelah clingak-clinguk ketemulah kami dengan rombongan lain dari Indonesia dan segera kami naik Shuttle Bus menuju Changi. Satu bangku dengan metalhead Singapore yang juga mau kesana, berceritalah dia bahwa konser kali ini diselenggarakan di Changi, bukan di Fort Canning atau Singapore Indoor Stadium seperti kebanyakan konser di Singapore, karena banyaknya peminat konser Metallica ini, yang tidak akan tertampung jika diadakan ditempat biasanya. Memang benar, lokasi konser tidak terjangkau oleh MRT maupun bus, sehingga cukup sulit mencapai area tersebut.
Sampai di venue pukul 15.30 waktu setempat masih cukup lengang. Melalui alur yang teratur  seperti hangar, kami segera masuk ke gate 1. Segera melongok ke Official merch dan setelah membeli satu kaos untuk oleh-oleh istri, kami pun sempat ber foto dengan teman-teman AIFA, mas Andi dari Surabaya, teman-teman Jogja serta metalhead Malaysia, yang secara spontan langsung akrab dalam metal brotherhood.

Bersama Metalhead Malaysia & Jogja (foto Andi Wiyono)

Bersama teman-teman AIFA (foto Lia S.)

Setelah mempersiapkan fisik (minum, pipis dan sebagainya), saya segera masuk antrian gate ke 2 menuju venue. Suasana masih belum begitu rame, sehingga dari sisi kiri panggung saya masih bisa menyusup menuju front row. Untunglah saya sudah rajin nyepeda dan jalan pagi/sore sehingga saya bisa tahan mempertahankan 2 jengkal tanah yang saya pijak hingga konser selesai pada pukul 23.00.
Venue yang berada dipinggir pantai tidak begitu lebar, namun memanjang hingga bisa menampung 25 ribuan penonton yang dibagi dalam festival A didepan dan Festival B dibelakangnya.

Stage (foto Metallica.com)

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya pukul 17.00 band pembuka mulai. Saya gak terlalu intens dengan band pembuka pertama, karena IMHO, band metal Indonesia jauh lebih dahsyat dari band ini. Barulah saat band ke 2, Anvil bermain saya mulai bisa menikmati. Namun yang saya tunggu bukan mereka, ya saya menunggu Metallica. Tepat pukul 18.10 Anvil mengakhiri penampilannya dimana gitaris sekaligus vocalisnya, bermain gitar menggunakan dildo.

Anvil

Segera crew Metallica membersihkan panggung, membuka tumpukan speaker yang terbungkus plastik, memasang mike di kiri, tengah, kanan dan bagian tertinggi panggung. Dan tepat pukul 19.20 layar LCD memunculkan clip cowboy di kuburan dengan background lagu The Ecstasy Of Gold. Ya Metallica memulai shownya dengan lagu Hit The Lights yang segera membuat penonton merangsek kedepan. Posisi sayapun bagaikan perahu diterjang ombak besar namun membentur karang tertahan barikade. Disusul Master Of Puppets terjangan gelombang pun kian menjadi sehingga peluh pun mengucur deras. Sepanjang konser tangan mengacung terkepal dan koor bareng sambil menahan terjangan dari belakang sungguh membuat energi terkuras. Untunglah sepanjang konser security Metallica tak henti menyorongkan gelas berisi air, sehingga dehidrasi bisa dihindari. Sungguh tak terkira perasaan saya, menyaksikan Kirk Hammet, James Hetfield dan Rob Trujilo beraksi hanya sekitar 3 meter dihadapan saya. 

Lars Ulrich & Kirk Hammet (foto Metallica.com)

Meskipun sudah berumur, stamina mereka masih edan-edanan. Hanya saja saya merasa diluar permainan dahsyat bass nya, Trujilo sungguh kurang metal. Dengan rambut dikepang, bercelana pendek, ber kaos singlet layaknya pemain basket, terlihat dia lebih seperti musisi hip-hop penampilannya.
Rob Trujilo (foto Metallica.com)

James Hetfield sendiri, dia benar-benar menjadi frontman Metallica. Vocal dan stamina yang terjaga menjadikan dia sang Master yang memandu para metalhead untuk patuh terhadapnya.... 

James Hetfield dihadapan puluhan ribu metalhead (foto metallica.com)

Lagu demi lagu mengalir, dan koor massal terjadi saat Fade To Black dan The Memory Remains. Kemudian terjangan gelombang manusia terjadi saat nomor cepat seperti Blackened, Creeping Death dan tentu saja Seek & Destroy.
Tepat pukul 21.35 Metallica pun mengakhir konsernya, seperti biasa beberapa pick guitarpun beterbangan dari tangan James Hetfield, Kirk Hammet dan Rob Trujilo. Beruntung 3 buah pick dari James Hetfiled cs jatuh ke tangan saya. Sayang Stick drum lars dilempar terlalu jauh dari jangkauan.

Pick Guitar


Setlist malam itu adalah:
01 Hit the Lights 
02 Master of Puppets 
03 The Shortest Straw 
04 Ride the Lightning 
05 Fade to Black 
06 The Memory Remains 
07 Broken, Beat & Scarred 
08 Welcome Home (Sanitarium) 
09 Sad but True 
10 ...And Justice for All 
11 One 
12 For Whom the Bell Tolls 
13 Blackened 
14 Nothing Else Matters 
15 Enter Sandman 
Encore
16 Creeping Death 
17 Battery 
18 Seek & Destroy

Segera meninggalkan venue, untuk antri menuju shuttle bus. Sungguh menyiksa...memerlukan waktu lebih dari 1 jam antri untuk bisa masuk ke Shuttle bus.
Siksaan pun belum berakhir, setelah perjalanan lebih dari 30 menit menuju tempat penurunan di Expo ternyata MRT sudah berhenti beroperasi, sementara Taxi harus diorder via telepon, dan cilakanya order dari nomor Indonesia susah untuk direspon. Akhirnya banyak orang, terutama warga non Singapura yang terlantar di Expo Hall. Sungguh diantara letihnya badan, kami dilanda kebingungan karena harus mengejar flight pagi ke Bandara mengejar Metallica di Jakarta.
Beruntung saat numpang buang air kecil di hotel, saya melihat peluang. Pura-pura jadi tamu hotel, sayapun minta tolong resepsionis untuk di orderkan taksi. Dan Alhamdulillah pada pukul 02.30 dinihari kurang dari 5 menit, taksi pun sudah tersedia. Segera menuju Hotel di geylang untuk sekedar mandi dan kembali cabut ke Bandara.
LAMC selaku promotor mungkin tidak memperkirakan akan kekacauan saat banyak penonton di drop pada satu titik. Kota seteratur Singapura disaat MRT sudah tidak beroperasi dan Taksi di rush oleh ribuan manusia menjadi sangat tidak menyenangkan. Sambil menunggu boarding di Changi saya bersyukur hidup di Jakarta yang  ada ojek, omprengan dan sebagainya yang selalu menjadi jalan keluar saat terjadi kebuntuan......