Selasa, 30 Desember 2008

Kok pada lahir 1 Januari??

Beberapa hari ini tiap lihat inbox di MP, kok di Upcoming Events pas  Thursday, January 1. banyak banget yang birthday?

ini memang tgl Ultah
atau
pas buat akun di MP cuman nyomot tgl 1 Januari ya?


yang jelas siap-siap ngucapin met ultah massal   

Senin, 29 Desember 2008

Jl. Surabaya 28 Desember 2008


Sea Breeze

Mampir ke jl. Surabaya gak banyak CD Indonesia yg tersedia, lumayan dapet 3 single Queen, 2 album Deep Purple, GRP artist serta beberapa CD lokal

Senin, 22 Desember 2008

Soto Brutu

Pagi ini, sesuai Jadwal setiap Selasa dan Jum'at saya biasanya ber B2W ke kantor. Saat siap-siap tiba-tiba gerimis rata turun membasahi bumi. Segera ambil raincoat warna Ijo Pupus dan merapikan backpack, dan memasukkan baju kedalam box.
Sepeda, hmmm karena hujan saya pilih sepeda Federal yang sudah berumur 18 tahun, untuk tunggangan hari ini, dengan pertimbangan Federal ini terpasang ban yang cocok dengan kondisi jalan yang basah (hehehehe, emang Lewis Hamilton doang yang pake ban basah, ban kering).
Setelah minum air madu hangat racikan Istri, segera gowes perlahan menyusuri jalan basah. Sepanjang perjalanan gerimis rata membasahi muka, berulangkali terpaksa berhenti untuk ngelap kaca mata (coba kalo kacamata ada wipernya), angin dingin terasa kencang membawa butiran gerimis menerjang badan.


Sesampainya Juanda III, mampir ke Warung Soto, dan segera memesan :
  • 1 porsi "Soto Brutu",
  • setengah porsi nasi putih,
  • 1 tusuk sate telor puyuh dan
  • segelas teh tawar hangat.

Rasa brutu nya, kenyil-kenyil mak nyusss, ditimpa kuah soto panas sungguh mantabbbb ditengah udara dingin pagi.

Soto ini dilidah saya sungguh cocok..., kalo mau nyoba silahkan mampir ke Jl. Juanda III di depan Bayu Buana Travel.

Buka setiap hari dari jam 6.00 WIB sampai sekitar jam 14.00 WIB. Kecuali hari minggu tutup.

Nyepeda dan Nyoto memang paduan yang pas...

Ibu

Meskipun kemarin beli CD Efek Rumah Kaca-Kamar Gelap dan Queen + PR the cosmos rock, namun di tanggal 22 Desember  bertepatan hari Ibu, saya cuman pingin muter lagu tentang Ibu. Banyak lagu yang bercerita tentang sosok yang luar biasa ini, namun saya selalu meneteskan air mata setiap mendengar lagu ciptaan Iwan Fals ini.
Meresapi vocal getir Iwan Fals dan petikan gitar akustik Ian Antono, terasa ada kegetiran, kebahagiaan, dan rasa kagum luar biasa yang muncul dihati,
"dengan apa ku membalas"

Ibu

Cipt  : Iwan Fals
Album :‘1910’
Tahun :1988


Ribuan kilo
Jalan yang kau tempuh
Lewati rintang
Untuk aku anakmu

Ibuku sayang
Masih terus berjalan
Walau tapak kaki
Penuh darah penuh nanah

Seperti udara
Kasih yang engkau berikan
Tak mampu kumembalas
Ibu.....
Ibuu.....

Ingin ku dekat
Dan menangis dipangkuanmu
Sampai aku tertidur
Bagai masa kecil dulu

Lalu doa doa
Baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas
Ibu.....
Ibuu.....


Ribuan kilo
Jalan yang kau tempuh
Lewati rintang
Untuk aku anakmu

Ibuku sayang
Masih terus berjalan
Walau tapak kaki
Penuh darah penuh nanah

Seperti udara
Kasih yang engkau berikan
Tak mampu kumembalas
Ibu.....
Ibuu.....


Kamis, 18 Desember 2008

Sosok. Om Toto Sugito-Antipemanasan Global


http://cetak.kompas.com/sosok
Toto, Antipemanasan Global

Kompas
Kamis, 18 Desember 2008

NINOK LEKSONO

Pada masa lalu, tak banyak yang bisa diceritakan tentang aktivitas bersepeda. Sebagai moda transportasi, dulu, bersepeda merupakan hal yang wajar karena belum banyak kendaraan bermotor dan jarak yang harus ditempuh relatif tak jauh sehingga dari segi waktu pun bersepeda nyaman saja. Popularitas bersepeda turun seiring tersedianya transportasi kendaraan bermotor. Kini, bersepeda justru tampil dengan nilai dan kearifan lain.

Bersepeda tak saja menghadirkan gaya hidup sehat, tetapi juga menyampaikan pesan prolingkungan. Itu karena bersepeda berkontribusi pada pengurangan penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Bahkan, lebih jauh, bersepeda itu merespons anjuran untuk menanggulangi pemanasan global karena aktivitas tanpa BBM berarti tak melepaskan gas rumah kaca yang menjadi biang utama fenomena pemanasan global.

Alasan yang bersifat praktis, bersepeda lebih lincah dalam menembus kemacetan lalu lintas di kota-kota besar.

Itulah yang diamati Toto Sugito (45), Ketua Umum Bike to Work (B2W), komunitas pengguna sepeda ke kantor (atau kegiatan lain).

Landasan aktivitas yang logis dari sejumlah argumen tersebut membuat anggota komunitas terus bertambah. Kelompok ini pun tak hanya eksis di Jakarta, tetapi juga di kota-kota lain di Indonesia. Menurut Toto, anggota B2W di berbagai kota mencapai 10.000-an.

Bersepeda pada satu sisi lalu tampak sebagai suatu gaya hidup modern. Di sini juga tersirat niat tulus untuk bersikap baik terhadap Sang Bumi.

Menengok kembali awal B2W, Toto yang untuk kiprahnya mendapat penghargaan dari Swiss Contact dan ”Indonesia Berprestasi” dari XL ini mengatakan, ide pendirian B2W muncul setelah ia semakin prihatin dengan kondisi polusi udara, keterbatasan tempat parkir, dan kemacetan. Toto—sebelumnya ia pencinta sepeda gunung—lalu mencoba moda transportasi alternatif untuk ke kantor. Jalur Cibubur-Tebet, Jakarta Selatan, lalu menjadi rute hariannya sejak 2004.

Pada awalnya, sang istri keberatan Toto bersepeda ke kantor karena alasan polusi udara sangat tinggi. Jalan keluarnya, Toto memakai masker yang bermutu baik.

Setelah merasakan manfaatnya, Toto kemudian memperkenalkan ”bersepeda ke kantor” tersebut kepada teman-teman dekatnya. Ternyata sambutan mereka positif. Oleh karena itu pula, tahun 2005 Toto lalu menghimpun komunitas pekerja bersepeda dalam B2W.

Tidak butuh waktu lama, komunitas ini berkembang menjadi tren baru di kalangan eksekutif muda. Malah berikutnya, gaya hidup bersepeda ini meluas pula di kalangan remaja, bahkan juga ke kalangan mereka yang berusia lanjut.

Keluarga dari sebagian anggota komunitas ini, yang semula sempat meragukan, kini justru ikut pro terhadap aktivitas bersepeda yang dipelopori Toto. Kendaraan utama anak pertama dia yang belakangan kuliah di Bandung juga sepeda. Adapun kedua anak Toto yang lain baru menggunakan sepeda sebagai alat olahraga.

Penitipan sepeda

Toto memimpikan B2W dapat berkembang menjadi komunitas serupa yang sukses seperti di Kanada dan banyak negara Eropa, khususnya Belanda. Di negara-negara itu, meski sarana transportasi bermotor pribadi dan umum sangat baik, banyak warga yang memilih menggunakan sepeda untuk menunjang aktivitas sehari-hari mereka.

Di dekat stasiun kereta api, banyak terlihat area parkir sepeda. Selain pertimbangan kesehatan dan nonpolusi, secara transportasi, sepeda pun bisa menjadi pengumpan (feeder) bagi aktivitas commuting (ulang-alik, pergi-pulang, rumah-tempat bekerja yang cukup jauh).

Bukankah peran serupa juga masuk akal bagi busway yang belakangan dipromosikan di kota-kota besar Indonesia? Tentu saja masih diperlukan penyediaan fasilitas penitipan sepeda yang bisa diandalkan, bila hal tersebut hendak dikembangkan di Indonesia. Namun secara ide, hal itu masuk akal.

Berbicara tentang tolok ukur kesuksesan B2W di Indonesia, hal ini, menurut Toto, tidak semata bisa dicerminkan oleh banyaknya anggota komunitas, tetapi juga seberapa jauh bersepeda dapat menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia.

”Artinya, masyarakat kita menjadi sadar betul akan masalah polusi udara dan hubungannya dengan perubahan iklim, juga bagaimana energi atau BBM yang ada bisa dihemat untuk generasi selanjutnya,” kata Toto.

Bila kesadaran tersebut telah dipahami masyarakat luas, tentu tidak akan sulit untuk menambah anggota komunitas bersepeda.

B2W dalam hal ini mengajak masyarakat menggunakan sepeda tidak hanya sebagai alat olahraga dan/atau rekreasi, tetapi juga sebagai alat transportasi yang ramah lingkungan sekaligus menyehatkan bangsa.

Dalam posisi ini, sepeda memang tergolong unik karena peran mendukung mobilitas muncul seiring dengan peran menyehatkan, sekaligus peran memelihara lingkungan.

Jalur khusus

Toto yang sehari-hari bekerja sebagai direktur di sebuah perusahaan konsultan arsitektur ini punya cara mudah dalam mengampanyekan kegiatan bersepeda, yakni melalui 3M.

”3M itu maksudnya: Mulai bersepeda dari diri sendiri, Mulai bersepeda dari jarak terdekat, dan Mulai bersepeda sekarang juga.”

Toto menyadari bahwa aktivitas bersepeda di perkotaan bukannya bebas dari tantangan. Selain udara penuh debu, banyak kota besar di Indonesia belum atau tidak punya jalur khusus sepeda. Bahkan, kata dia, sudah ada pengendara sepeda yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas karena berbagi jalan dengan kendaraan bermotor besar dan kecil.

Maka, wajarlah kalau salah satu harapan komunitas B2W adalah tersedianya jalur khusus untuk sepeda.

Jalur yang akan membuat aktivitas bersepeda bisa dilakukan dengan aman sehingga menjadi insentif bagi mereka yang ingin bergabung dalam komunitas ini, tetapi masih meragukan keamanan aktivitas bersepeda.

Di luar tantangan yang ada, Toto yakin, ide bersepeda besar faedahnya tidak saja bagi individu bersangkutan, tetapi juga untuk masyarakat, bahkan bagi kelestarian lingkungan Bumi.

Panitia ”Indonesia Berprestasi Awards” menilai, apa yang dilakukan Toto Sugito memiliki kekhasan yang relevan dengan permasalahan yang tidak saja dihadapi masyarakat Indonesia, dalam hal ini terkait dengan lalu lintas perkotaan yang semakin macet dan terkena polusi, tetapi juga dengan upaya bersama seluruh umat manusia untuk menanggulangi pemanasan global yang berakibat mengerikan.

Selasa, 16 Desember 2008

ProgNite

Start:     Dec 19, '08 7:30p
Location:     Viky Sianipar Music center, Jl. Minangkabau Timur # 43, Jakarta
info dari milis m-claro:

Indonesian Proggresive Society kembali menyelenggarakan Proggresive Nite
Menampilkan :
- Glosalia
- Prophet
- Votel Roffs
- IMANISSIMO

Waktu:
Jumat - 19 Desember 2008
mulai Pk. 19.30 - s.d. selesai

Tiket ( FDC ):
Umum .......................Rp 50.000,-
Mahasiswa/Pelajar ..... Rp 25.000,-

Senin, 15 Desember 2008

Extreme World Tour 2008-Take Us Alive, Tennis Indoor Senayan, Jakarta




Beberapa gambar lo-res diambil pake HP-SonEr serie G

Extreme World Tour 2008-Take Us Alive, Tennis Indoor Senayan, Jakarta

2 konser yang berbeda dari Original Production dalam tempo 5 hari, betul-betul membuat puazzz di penghujung tahun 2008 ini. Michael Franks yg kalem dan Extreme yang pecicilan betul-betul menjadi klimaks.

penampilan Extreme tadi malem bener-bener membuat takjub, Nuno, Gary, Pat dan Kevin betul-betul menyedot emosi penonton di Jakarta. Fisik yang prima, blocking panggung yang rapat dan memainkan lagu tempo tinggi, lighting yang indah banget. Sayangnya dari posisi tribun samping kiri panggung soundnya kedengaran gak jernih.

Gary meskipun sudah gak pecicilan kayak dulu, namun tetep liar lompat dan tekuk tubuh sana sini, atraksi yang gokil pas Gary ber rodeo ria di tumpukan amply disamping drum set Kevin.

Nuno ... masih slim, rambut gondrongnya udah gak kayak gadis sunsilk lagi, bertelanjang dada terlihat lebih macho. Main gitarnya waoooow...dan sempet main piano pula.

Pukul 20.20 lampu padam dan langsung dibuka dengan Decadence Dance yg langsung bikin penonton panas dan semakin menggila saat Medley Kid Ego, Little Girls, Play With Me.
Gejolak panas, didinginkan dengan nomer akustik Midnight Express dari Nuno, betul betul mantebbbbbbz

Setelah digoda dengan intro Love of My Life (Queen) dan Stairway to Heaven (Led Zeppelin) masuklah kedalam lagu yang bikin inget memory apalagi kalo bukan "More Than Words". Langsung Tennis Indoor berubah menjadi koor raksasa, lagu ini lebih banyak dinyanyiin crowd ketimbang Gary.

Suasana dingin-dingin hanyut, digeber panas kembali lewat nomor Ghost, It's a Monster, Take Us Alive , Get The Funk Out dst.

setelah 2 kali encore, konser ditutup dengan medley Queen: I Want to Break Free, Fat Bottomed Girl dan Tie Your Mother Down.
Saat medley Queen ini, saya merasakan aura seperti di VCD Tribute to Freddie di tahun 1992, sayang Stone Cold Crazy dan Radio Ga-Ga gak masuk. Kalo masuk dijamin bakal terjadi keplok massal di Tennis Indoor.

Thx Oom Tommy Pratama dan Original Production. Moga tahun depan Dream Theater & Iron Maiden, syukur-syukur Rolling Stones kebawa ke Jakarta. amiin

Minggu, 14 Desember 2008

Ketulusan Hati Michael Franks--Liputan Michael Franks di Kompas Minggu

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/12/14/01401757/ketulusan.hati.michael.franks
Ketulusan Hati Michael Franks

Minggu, 14 Desember 2008

Susi Ivvaty

Michael Franks, ya... Michael Franks. Suara lembutnya yang membuai kuping saat manggung di Hotel Ritz Carlton Pacific Place Jakarta, Rabu (10/12), hampir persis dengan suaranya versi rekaman di compact disc. Ia bilang, kekuatan dirinya sesungguhnya terletak pada ketulusan hati ketika bernyanyi maupun mencipta lagu.

Mungkin karena itulah Franks berulang-ulang memejamkan mata saat melantunkan lagu di Ballroom Ritz Carlton. Ia menghayati betul setiap bait lagunya sehingga penonton pun sampai ikut merem-merem.

Seorang penggemar sebelum konser mengaku penasaran melihat bagaimana seorang Michael Franks berada di atas panggung besar. Setelah melihat penampilan Franks, ia berkomentar pendek, ”Ya... seperti Michael Franks.” Surjorimba (42), penonton itu, menyambung, ”Seperti yang saya dengar di kamar malam hari sambil tiduran. Menghanyutkan.”

Tanpa atraksi

Franks (64) tidak beratraksi macam-macam di panggung, misalnya yang paling sederhana dengan memainkan gitar. Ia hanya berdiri di depan pengeras suara dalam posisi sama, atau sesekali beringsut ke belakang memberi kesempatan kepada musisi pengiring untuk bermanuver.

Diiringi band dengan personel Veronica Nunn (vokal), David Mann (saksofon dan flute), Jay Anderson (bas), Willard Dyson (drum dan perkusi), serta Charles Blenzig (piano), Franks memunculkan dirinya apa adanya. Kekuatan lagu dan suara khasnya yang tetap prima pada usia 64 tahun.

Sebanyak 16 lagu Franks nyanyikan. Ia membuka dengan ”Long Slow Distance” (1990), lalu ”Tiger in the Rain” (1979), dan ”Tell Me All About It” (1983). Saat lagu ”The Lady Wants to Know” (1977), penonton bertepuk keras sambil bersuit. Begitu pula ketika ”Down in Brazil” (1977) dan ”Eggplant” (1976). Lagu-lagu itu memang sangat populer. Seorang penonton berbisik kepada temannya, ”Terung saja bisa jadi lagu.”

Sedikit nukilannya: ”When my baby cooks her Eggplant/ She don’t read no book/ She’s got a Giocanna kinda of dirty look/ And my baby cooks her Eggplant/ Bout 19 different ways/ Sometimes I just have it raw with Mayonnaise”. ”Lagu ini memang bercerita tentang seorang vegetarian. Tadinya saya hanya memandang keluar lewat jendela dan mikir. Lalu jadi lagu itu,” terang Franks seusai konser.

Franks memilih enam dari delapan lagu yang pernah dinyanyikan pada saat konser bareng Crossfire tahun 1980. Lagu-lagu itu, selain ”The Lady Wants to Know”, yaitu ”Don’t Be Blue” (1977), ”When the Cookie Jar is Empty” (1978), ”B’Wana-He No Home” (1977), ”Monkey See Monkey Do” (1976), dan ”Antonio’s Song” (1977).

Ketulusan hati

Franks, yang merasa sebagai seorang romantis, memandang kekuatan dirinya adalah pada kesungguhan menyanyikan setiap lagu. ”Sincere..,” tandasnya. Baginya, ketulusan yang keluar dari hati akan terpancar dan menular.

Franks, kelahiran La Jolla, California, 18 September 1944, mengawali karier sebagai penulis lagu pada awal tahun 1970-an. Ia tidak sengaja memilih smooth jazz sebagai musik yang merepresentasi jiwanya. ”Saya tidak mendesain diri menjadi penyanyi jazz. Saya pernah mencoba berbagai genre, mulai country, pop, juga rock. Saya punya koleksi gaya musik yang berbeda-beda,” ujarnya.

Sebelum bergabung dengan label Warner Bros, pada tahun 1973-1975, seperti dikatakan Franks, ia banyak menulis lagu dengan musik yang seusai karakternya sendiri.

Franks banyak dipengaruhi oleh musik Brazilian, termasuk pencipta lagu asal Rio de Janeiro, Brasil, yang masyhur, Antonio Carlos Jobim. Ia pun mendedikasikan tiga lagu untuk Antonio, yakni ”Antonio’s Song (The Rainbow)”, ”Like Water, Like Wind”, dan ”Abandoned Garden”. ”Itu semua menjadi gaya saya,” ujarnya.

Di sisi lain, Franks juga menyukai musik instrumental dan secara alamiah musiknya kemudian condong kepada apa yang orang bilang sebagai smooth jazz. ”Naturally,” cetusnya.

Telah 17 album ia bikin. Album terakhir, Rendezvous in Rio, diproduksi pada tahun 2006 di bawah label Koch Records. Di sini, Michael Franks menggoyang penggemarnya dengan dentaman musik Amerika Selatan.

Mau apa pun jenis musiknya, kekuatan Michael Franks tetap pada lagu indahnya dan suaranya yang semerdu burung bernyanyi itu. Bisa juga seperti air tenang yang menghanyutkan.

Rabu, 10 Desember 2008

Michael Franks World Tour 2008-Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta

Akhirnya kesampaian lagi satu keinginan yang sudah lama terpendam, Menonton live Michael Franks.
Sejak pertama kali mendengar lagu Michael Franks di paruh 80 an, entah kenapa saya begitu terpesona dengan sosok vocalis yang satu ini. Bernyanyi dengan vocal datar dan rada sengau, Michael Franks begitu memikat saya, sehingga saya tetap memendam keinginan untuk menonton konsernya. Bahkan ketika preferensi saya lagi bergeser ke musik rock/metal, saya tetep setia membeli CD nya.
Dan tahun ini Original Promoter membawa Michael Franks konser di jakarta, Alhamdulillah tanggal 10 Desember 2008 menjadi realisasi dari mimpi panjang itu.

Berbekal selembar tiket paling murah, saya menuju Ritz Carlton, mall pacific place, tempat pertunjukan berlangsung. Sungguh beda dengan suasana konser yang selama ini saya datangi, dimana massa yang datang sudah ketahuan sejak awal, biasanya berkaos hitam, saat ini penonton terasa necis dan wangi layaknya nonton bioskop, berbaur dengan pengunjung mall.
Clingak-clinguk nyari barengan, akhirnya ketemu mas Hendra Kurniawan dan mas surjo, menyusul mas Didiek.

Jam 8 kurang mulai masuk ke venue, setelah dicek body dan distempel tangan, segera mencari duduk di barisan sektor paling belakang.

Tepat pukul 20.20 lampu dipadamkan, dan segera mengalun intro "Long Slow Distance" dari album Blue Pasific.
Yang agak mengherankan Michael Franks tampil diiringi dengan musik tanpa gitar, Diawali hanya keyboards "Charles Blenzig", drum  "Willard Dyson" dan bass betot "Jay Anderson".

Terlihat sudah sepuh, berkemeja putih, bercelana kargo dan berjas warna gelap Michael Franks tampil agak kedodoran vocalnya diawal pertunjukan.
Lagu kedua "Tiger in The Rain" tampil dengan tambahan saxophone, secara keseluruhan rintihan saxophone dan flute David Mann ini yang banyak menambal pertunjukan.
Lagu ketiga "Tell Me All About It" ada vokalis cewek bertampang Al Jarreau (Veronica Nunn) yang mengawal vocal Michael Franks.
Setelah beberapa lagu dan sudah panas, barulah vocal datar Michael Franks mengalir lancar.
Sempat beberapa kali istirahat, dan membiarkan musisi pendukung untuk bermain saat lagu Monsk New Tunes (ambil nafas mungkin mbah Franks, sambil ngunjuk kopi).

Duet vocal yang mantab terjadi saat lagu  When I Give My Love To You yg versi studionya berduet dengan Brenda Russel

Setelah 14 lagu pada pukul 21.40, Michael Franks CS ngacir turun panggung setelah menyelesaikan nomor "B'wana-He No Home", Penonton yang bertepuk panjang akhirnya dapet bonus 2 lagu encore

Satu nomor akustik Mr. Blue Michael Franks hanya tampil diiringi piano, dan sebagai pamungkas begitu terdengar intro flute mengalun, penonton bersorak, apalagi kalo bukan Antonio's Song.

Selama konser sedikit sekali bahasa tubuh Michael Franks muncul, semuanya terasa datar, namun itulah magis dari Michael Franks.

tracklist sepenangkepan telinga:
01 Long Slow Distance
02 Tiger in The Rain
03 Tell Me All About It
04 Don't Be Blue
05 When the Cookie Jar Is Empty
06 The Lady Wants to Know
07 Monkey See-Monkey Do
08 Rainy Night in Tokyo
09 Down in Brazil
10 Sunday Morning Here With You
11 Monk's New Tune
12 When I Give My Love To You
13 Eggplant
14 B'wana-He No Home

encore
15 Mr. Blue
16 Antonio's Song

Sabtu, 06 Desember 2008

The Michael Franks Anthology- The Art of Love

Rating:★★★★★
Category:Music
Genre: Jazz
Artist:Michael Franks
Tahun 2003
Format CD

Track list:
CD#1
01 Eggplant
02 Popsicle Toes
03 The Lady Wants to Know
04 B'wana - He No Home
05 Antonio's Song (The Rainbow)
06 When the Cookie Jar Is Empty
07 Meet Me in the Deerpark
08 Living on the Inside
09 Sanpaku
10 Tiger in the Rain
11 When It's Over
12 On My Way Home to You
13 Inside You
14 Lotus Blossom
15 Don't Be Blue [Live]
16 Monkey See - Monkey Do [Live]

CD#2
01 Tahitian Moon
02 Flirtation
03 When Sly Calls (Don't Touch That Phone)
04 Rainy Night in Tokyo
05 Sunday Morning Here With You
06 Your Secret's Safe With Me
07 When I Give My Love to You
08 Read My Lips
09 Innuendo
10 Leading Me Back to You
11 The Art of Love
12 The Dream [Live]
13 Monk's New Tune
14 Somehow Our Love Survives
15 Mr. Smooth


Album rilisan tahun 2003 ini sepertinya sangat layak sebagai bahan persiapan menyambut konser Michael Franks di Jakarta pada tanggal 10 Desember 2008 dan Surabaya pada tanggal 14 Desember 2008.

Album double disc dengan booklet mewah ini saya beli di Duta Suara Sabang berisikan total 31 lagu yang cukup mewakili karir panjang MF di dunia musik yang dalam catatan saya telah menghasilkan:
17 album studio
1 album Live barengan crossfire
4 album kompilasi termasuk album ini

CD 1 berisikan 16 track, merupakan nomor yang berasal dari masa 1975 s/d 1980. Diawali dengan nomer Eggplant sebuah lagu yang penuh bahasa tersamar yang dipetik dari album rilisan tahun 1975 The art of Tea.
Pada CD ini banyak sekali hits yang sudah pasti sangat akrab dengan penggemar di tanah air seumuran saya, macam "The Lady Wants to Know", "Antonio's Song (The Rainbow)", "Sanpaku", "Meet Me in the Deerpark" dan "Monkey See - Monkey Do" dengan nuansa berbeda yang dipetik dari album Live barengan Crossfire.

CD 2 berisikan 15 track yang berasal dari era setelah tahun 1980 yang dimulai dari album "Object of Desire" s/d "Barefoot on the Beach", dengan hits macam "Tahitian Moon", "Your Secret's Safe With Me", "When I Give My Love to You" (duet barengan Brenda Russel), "The Art of Love". Pada CD 2 ini juga terdapat nomer kolaborasi dengan pianis Joe Sample "Leading Me Back to You" serta nomer Live barengan The Yellowjackets "The Dream"

Sebagai suatu kompilasi, IMHO album ini sangat mewakili perjalanan Michael Franks. Dan ini merupakan album Kompilasi terbaik dibandingkan dengan 3 album Kompilasi Michael Franks lainnya, yaitu:
1998-Indispensable The Best of Michael Franks
1998-The Best of Michael Franks- A Backward Glance
2003-Love Songs

Sayangnya gak satupun nomer dari album "Previously Unavailable" ada di sini. Sehingga kita tidak bisa menikmati beningnya nomer "Little Sparrow" dan "Just Like Key Largo", warna country "Dobro Ladies" dan "Born With the Moon in Virgo"
Meskipun begitu album ini sangatlah Higly Recomended.

Kamis, 04 Desember 2008

Omah Mlaku

Salah satu yang menarik saat main ke Indonesian Consumunity Expo November lalu di Senayan adalah adanya bus besar yang nampang di pintu masuk plaza utara.
Penasaran, segera menghampiri, ternyata ini adalah bus wisata mewah punyanya PO Nusantara yang diberi nama Omah Mlaku.

Makin penasaran, segera daftar ke booth bismania (Komunitas pencinta bus). Dan memperoleh kesempatan melongok isi dalam bus.
Setelah masuk dipandu oleh pemandu yang ramah baru terasa istimewa omah mlaku ini.

Apa yang istimewa Omah mlaku dalam bahasa Jawa berarti rumah berjalan, benar-benar seperti rumah yang bisa berjalan.
  • Ada sofa empuk,
  • meja kerja,
  • kursi pijat elektronik,
  • LCD TV 32 inch plus satu set DVD karaoke,
  • 2 buah LCD TV 20 inch,
  • GPS,
  • Microwave,
  • Kulkas
  • koneksi internet 3,5 G Indosat, hehehehe bisa tetep ngempi di bus...:)
  • kamar mandi dan tempat tidur susun.
Manteb.....sambil bergumam diantara embusan AC yang bikin mak nyesss.

Terus pas nanya harga, dijawab dengan ramah sewanya adalah 6 juta perhari, minimal 3 hari dan saat ini baru melayani Pulau Jawa saja.

Mau mencoba?

Rabu, 03 Desember 2008

Extreme World Tour 2008- Take Us Alive

Start:     Dec 15, '08 8:00p
Location:     Tennis Indoor Senayan, Jakarta
Photobucket

Promotor: Original Production

Ticket
VVIP 550.000
VIP 250.000
Festival 350.000


Ticket Box
twins music blok m mall
021 9835 5044, 08129709469, 081310889243

note : daerah sudirman,thamrin dan sekitar blok m,sekitar ciputat, pi, radio dalam, kebayoran baru diantar min.2 tiket

Senin, 01 Desember 2008

Rockoustic

Start:     Dec 5, '08 8:00p
End:     Dec 5, '08 11:00p
Location:     The Bricks Lounge and Terrace, Sky Dining / Plaza Semanggi, 10th floor. Jakarta Pusat
info dari milis i-rock!

Akustikan The Miracle & KJP

Photobucket

Minggu, 30 November 2008

As I Lay Dying-An Ocean Between Us, Tennis Indoor Jakarta




Beberapa foto Lo-Res dari konser "As I Lay Dying" An Ocean Between Us.

Jumat, 28 November 2008

Cegatan Plombir

Kalimat ini dulu saat saya masih SD di Solo menjadi momok bagi saya dan teman-teman kala sedang bersepeda.

Plombir (kalo di Padang disebut "Peneng", merupakan sticker jadul yang bisa ditempel di Sepeda setelah direndam dengan air. Mempunyai nomor seri, dikeluarkan oleh Pemda dan dimaksudkan sebagai pajak terhadap kepemilikan sepeda .

Jika ada cegatan plombir (razia), maka kami terpaksa blusukan keluar masuk sawah/kebun untuk menghindarinya.

Di Tokyo yang banyak warganya menggunakan Sepeda sebagai alat transportasi ternyata ada juga plombirnya (lihat foto).



Gak tahu apakah plombir ini sekarang masih ada di Indonesia, meskipun sepeda masih lumayan bersliweran. (Sepeda saya sendiri gak ada plombirnya, kalo masih ada mau juga beli dan pakai).

Kalo Sepeda di kasih plombir, mungkin duit yang terkumpul bisa dipakai oleh Pemda buat bikin jalur khusus Sepeda.....

Selasa, 25 November 2008

Lahap..




Minggu 22 November, jalan-jalan barengan si bontot ke Cempaka Mas, setelah capek muter-muter si menyul berasa laper, mampir ke AW.
Ternyata lahap bener makannya si menyul.

Senin, 24 November 2008

CD EdanE- 170 volts



Album 170 Volts
Tahun 2002
Sony Music Entertainment Indonesia

Tracklist
01-Zep 170 Volts
02-Kau Pikir Kaulah Segalanya? (Kau Maniz Kau Ibliz)
03-Saksi Anarki !
04-Lusadiz
05-Hilang
06-Bus Station
07-Fitnah
08-Lari 11
09-Bintang Masa Depan
10-Goblog
11-Kau Kugenggam
12-Paraelite


Eet Sjahranie : gitar
Trison : vokal
Iwan Xaverius : bass
Fajar Satritama : drum

http://id.wikipedia.org/wiki/EdanE

CD EdanE- Borneo


Album Borneo
Tahun 1996
Aquarius Musikindo

Tracklist
01-Borneo I - Borneo II
02-Semua Begini
03-Free Granny
04-Mimpi
05-Kebebasan
06-Lari
07-Lukisan Dunia
08-Satu

Eet Sjahranie : gitar
Heri Batara : vokal
Iwan Xaverius : bas
Fajar Satritama : drum

http://id.wikipedia.org/wiki/EdanE

Sabtu, 22 November 2008

CD EdanE-Jabrik


Album Jabrik
Tahun 1994
Aquarius Musikindo

Tracklist
01-Wake of The Storm
02-Jungle Beat
03-Jabrik (Big Town)
04-Victim of the Strife
05-Call Me Wild
06-Pancaroba
07-Kharisma
08-Way Down
09-I.X.S
10-Alam Manusia
11-Burn It Down
12-Kurusetra

Eet Sjahranie : gitar
Heri Batara : vokal
Iwan Xaverius : bas
Fajar Satritama : drum

http://id.wikipedia.org/wiki/EdanE

CD EdanE-The Beast


Album The Beast
Tahun 1992
Airo/Aquarius

Tracklist
01-Evolusi
02-Ikuti
03-The Beast
04-Masihkah Ada Senyum
05-Menang Atau Tergilas
06-Life
07-Opus #13 (Ringkik Turangga)
08-Liarkan Rasa
09-You Don'T Have To Tell Me Lies

Formasi:
Eet Syahranie-Guitar
Ecky Lamoh-Vocal
Iwan Xaverius-Bass
Fajar Satriatama-Drum

http://id.wikipedia.org/wiki/EdanE

Jumat, 21 November 2008

The Who Japan Tour 2008, Budokan Hall Tokyo




Beberapa gambar diambil pake HP SE G-900.

Selasa, 18 November 2008

nonton The Who di Budokan


Sesampainya di Tokyo tgl 12 November untuk keperluan seminar, hal yang paling dipikirkan diluar seminar adalah gimana bisa nonton konser di Budokan.
Kenapa karena sejak SMP di akhir 70 an nama Budokan sangat lekat di memori. Dulu jaman kaset bajakan, banyak banget kaset dengan seri live at Budokan seperti MSG, Scorpions, Deep Purple,  Judas Priest dll. Terakhir punya Dream Theater  2DVD/3CD Live at Budokan.
Setelah dapat informasi jadwal konser, ternyata dalam rentang waktu selama di Tokyo, cuman The Who bakal pentas di Budokan Senin 17 November 2008. Siapa the Who?, mungkin banyak yang gak tahu. Saya sendiri meskipun akrab dengan The Rolling Stones, Led Zeppelin, Black Sabbath, Deep Purple, jujur gak tahu banyak tentang Band Claro yg exist sejak 60 an ini. Tahunya cuman dari majalah Vista di tahun 80 an tentang Tommy Rock Opera dan gilanya The Who dipentas ngancurin gitar/panggung.
Cuman beberapa lagu yg saya tahu seperti I Can't Explain, The Seeker, Pinball Wizzard,  My Generation, Won't Get Fooled Again dan tentunya Baba O'Reilly
Karena belum pasti jadwal seminar, gak pesen ticket dulu, Nyobain GoShow aja kayak di Jakarta, toh dalam pikiran saya The Who gak bakal bisa nyedot banyak penonton.
Senin pukul 16.00 waktu Tokyo selesai seminar karena gak ada temen langsung bergegas sendirian menuju Budokan. Berkaos hitam Discus dan berbekal peta sederhana dan postingan mas Bayu segera masuk Stasiun Todoroki menuju Futako Tamagawa, lagi clingak-clinguk nyari track kereta menuju Shibuya, ada dua orang anak muda pake seragam hitam khas rocker dan kaos bertuliskan The Who, langsung ngikutin nylonong masuk gerbong, begitu deket langsung sok akrab nanya ke Budokan. Jawabannya cukup bikin stress, cuman
haik, haik, haik......opo tumon.
Yang penting ngikut pasti gak nyasar ternyata kereta langsung stasion Kudanshita. Bergegas ngikutin anak muda itu, cuman kalo ditanya apakah ticket masih ada jawabnya ya haik lagi, haik lagi. Akhirnya kami pisah dipintu keluar stasiun.
Begitu keluar stasiun langsung terlihat rame, tapi kok yg disana banyakan ibu-ibu dan bapak-bapak?, jangan-jangan salah tempat nih. Tapi begitu berjalan ada lapak menjual aneka pernik The Who, mulai kaos, poster, sticker, pin sampai mousepad jadi yakin lagi.
Segera bergegas ke area Budokan Hall, Clingak-clinguk nyari Ticket Box, Begitu ada antrian langsung ngikut antri. Ternyata itu bukan ticket box, tapi orang antri mau lihat/beli merchandise. Kucluk udah lama ngantri kok salah.

Akirnya seorang gadis belasan tahun, bisa membantu menunjukkan ticket box. Dan setelah antri, ternyata itu cuman buat nukerin voucher sama ticket.
Ternyata saya salah duga, ticket the Who seharga 12.000 yen sudah ludes des des. (Extreme minggu depan dibandrol 8.000 Yen).
Dengan lunglai bersandar di dinding Budokan, namun pepatah dimana ada kemauan disitu ada jalan ternyata benar adanya. Tiba-tiba seorang bertampang Mick Jagger, berkaos The Who, berbaju flanel dengan mulut bau alkohol menawarkan ticket. Sempet ragu-ragu apakah ini Ticket Asli atau gak, soalnya gak ada hologramnya, gak ada bolongan pemdanya, melihat keraguan saya dengan sempoyongan dia bilang
You Promise Me (?), halah......
Untuk meyakinkan saya kemudian dia tunjukin 3 ticket lagi di dompetnya, baru dia cerita kalo dia beli 4 ticket buat nonton barengan temannya, tapi satu temannya gak bisa datang. Saya tanya berapa, dia jawab
up to you,  akhirnya sepakat seharga ticket resmi dan uang akan saya beri di dalam gedung. Setelah temennya yang kayak orang kantoran datang baru terasa lega.
Masuklah kami berempat dengan aman dan sentosa. Tiket cuman dilihat sebentar dan cuman nanya bawa kamera gak?, mungkin yakin aja karena toh sudah ada nomornya, jadi kalo palsu ketahuan.
Menempati tribun atas depan sungguh nyaman. Sempat ngobrol sama orang baik hati yang menawarkan ticket, ternyata seorang bartender yang bercerita bahwa mereka dulunya adalah pemain band.
Dia berikan saya 1 kaleng Asahi beer dan 1 kaleng whisky Suntory (meskipun gak minum alkohol, tapi saya gak enak hati buat nolak, jadi saya simpan di backpack).
Jam 18:45 tempat duduk terisi semua, dibawah gak ada moshpit, tertata kursi dengan apik kayak kondangan (gak tahu kalo konser metal di Budokan kayak gini juga gak suasananya). Dan dipagerin serta dijaga sama staff berseragam jas.
Yang nonton bervariasi, mulai bapak-bapak dan Ibu-ibu ubanan, STW, cowok remaja berkaos hitam, sampai wanita muda kinyis-kinyis bersepatu boot.
Sambil nunggu ada petugas yang mondar-mandir bawa gambar HP dan Kamera dicoret. Sambil nyolong-nyolong sempat ambil beberapa photo pake HP SE G900.
The Who sendiri tampil jam 19.08, tanpa ada band pembuka dan langsung tanpa basa-basi tancep gas, Muncul sambil muter-muter mick Roger Daltrey tampil dengan kemeja putih. Ada 6 orang pemain, yang saya tahu cuman Roger Daltrey sang vokalis dan Pete Townsend sang gitaris jangkung. (Keith Moon dan John Entwistle sudah almarhum)
Sambutan penonton ternyata meriah sekali, dan mereka intens mengikuti The Who yang tampil sepanjang lebih dari 1 jam 45 menit membawakan sekitar 18 lagu. Roger Daltery masih terjaga vocalnya dan Pete Townsend tampil dengan garukan gitar khasnya. Cuman udah gak loncat-loncat lagi.
Konser mengalir dengan lancar dan secara jujur The Who memang mampu menggoyang dan memuaskan penonton.
Yang paling meriah tentu saja saat Baba O'Reilly  muncul di lagu ke 9.
Setelah 2 x encore akhirnya The Who menutup konser dengan hanya menampilkan Roger Daltrey dan Townshend dengan gitar akustik dengan Tea and Theatre.
Keluar venue dengan rasa yang puas sekali. setelah melewati 2 dasawarsa akhirnya mimpi nonton konser di Budokan tercapai juga.

Set List:
  1. I Can't Explain
  2. The Seeker
  3. Anyway Anyhow Anywhere
  4. Fragments
  5. Who are you
  6. Behind Blue Eyes
  7. Relay
  8. Sister Disco
  9. Baba O'Riley
  10. Eminence Front
  11. 5:15
  12. Love Reign O'er Me
  13. Won't Get Fooled Again
  14. My Generation
  15. Cry If You Want to
  16. Naked Eye
Encore:
  1. Tommy (selections)
  2. Tea & Theatre
Formasi
  • Roger Daltrey: Harmonica, Vocals, Guitar
  • Pete Townshend: Vocals, Guitar
  • John Bundrick : Keyboards, Piano
  • Pino Palladino: Bass
  • Zak Starkey: Drums
  • Simon Townshend: Backing Vocal, Guitar

Kamis, 06 November 2008

Screaming Contest

Start:     Nov 9, '08 12:00a
Location:     Indonesian Consumunity EXPO Senayan
Bagi yang minat ikut kontes mbengok-mbengok....
Silahkan daftar Minggu ini
di Booth I-Rock!
Indonesian Consumunity EXPO
Senayan

Photobucket

Head Banging Contest

Start:     Nov 8, '08 2:30p
Location:     Indonesian Consumunity EXPO Senayan
Bagi yang minat ikut kontes ngguk angguk angguk....
Silahkan daftar Sabtu ini
di Booth I-Rock!
Indonesian Consumunity EXPO
Senayan

Photobucket

Rabu, 05 November 2008

Discus Live in Exclusive Concert at Festival Salihara 2008

Start:     Nov 5, '08 8:00p
Location:     Teater Salihara - Pejaten Pasar Minggu

Photobucket

Senin, 03 November 2008

Behemoth Asian Apostasy Tour 2008 Viky Sianipar Music Center, Jakarta




Gedung baru VSMC ini relatif lebih enak soundnya dibanding venue yg selama ini biasa dipakai buat event prognite.

Selama Behemoth tampil atmosfir di moshpit begitu menggelora, dan sampai pagi ini kuping masih terasa berdenging

Beberapa gambar yg diambil pake HP Sony Ericsson G500 dari atas balkon.

Minggu, 02 November 2008

KOMPAS Cetak : "Gala Dinner" bagi Achmad Albar

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/11/02/02070612/gala.dinner.bagi.achmad.albar
Tulisan di Kompas Minggu, 2 November 2008

Jimmy S Harianto

Musik rock memang berhati muda. Dimainkan pemusik tua pun di telinga tetap kedengaran hangat dan bergairah.

Itulah pentas musik God Bless, ”supergrup” Indonesia pada tahun 1980-an ketika memeriahkan pentas ”The Immortals” di Jakarta, Kamis (30/10).

Melihat penampilannya, kesemua pemainnya boleh dikata ”sampun sepuh” (sudah tua). Achmad Albar, sang vokalis utama, sudah berumur 62 tahun.

Ian Antono, sang gitaris? Ia pun sudah 57 tahun. Juga pemegang basnya yang selalu berpenampilan khas ketika membetot bas—seperti memperkuda gitarnya—Donny Fattah Gagola, ia sudah 57 tahun.

Pemegang keyboard ”terbaru” mereka? Abadi Soesman, yang menggantikan andalan lama mereka, Yockie Suryoprayogo, juga sudah berumur 59 tahun.

Satu-satunya yang termuda hanyalah personel baru yang sebenarnya ”tidak baru” di profesinya, penabuh drum Yaya Muktio (menggantikan pemain lama Teddy Sujaya), masih di bawah 50 tahun. Kelahiran tahun 1966.

Tetapi, jangan tanya permainan musiknya. Jika grup-grup musik muda kita saat ini banyak yang suka lagu ”menye-menye” atau ”metal”—melo total, alias sangat mendayu-dayu—maka God Bless malam itu sungguh masih garang total....

Donny yang tampak tua di panggung tiba-tiba berubah menjadi seperti penunggang kuda yang garang. Juga demikian Ian Antono yang menggetarkan sekitar 500 penonton undangan dengan raungan gitarnya.

Bagi Achmad Albar—yang belum lama ini dirundung peristiwa: harus mendekam delapan bulan di penjara karena kasus psikotropika, malam itu sungguh sebuah penampilan yang mengobati lukanya.

Penonton sebagian besar hafal lagu-lagu yang dibawakannya pada malam hari itu. Dari Kehidupan, Menjilat Matahari, Rumah Kita, Huma di Atas Bukit, Anak Adam, sampai lagu-lagu tambahan Syair Kehidupan, Panggung Sandiwara, dan Semut Hitam.

Meski malam itu sebenarnya adalah malam penghormatan bagi ”25 legenda” (The Immortals—yang tak lekang mati) oleh majalah musik Rolling Stone, tetapi tak berlebihan jika malam itu sebenarnya adalah juga malam gala dinner bagi sang vokalis, Achmad Albar, dan kelompok God Bless-nya.

Andalkan kemampuan

Inilah bedanya antara rocker tua dan pemusik masa kini. Jika pemusik masa kini banyak yang bersembunyi di balik kehebatan alat, God Bless benar-benar tampil mengandalkan kemampuan musik ”murni”-nya.

Ketika membuka lagu, dengan Musisi di awal konser, gitaris Ian Antono seolah berdialog dengan pemain bas Donny Gagola melalui petikannya.

Rata-rata setiap lagu mereka ”ramai-ramai” dinyanyikan penonton, seperti pada lagu kedua, Syair Kehidupan. Atau sebuah lagu indah ciptaan Yockie Suryoprayogo, Menjilat Matahari.

Lagu berlirik Inggris, She Passed Away—yang selalu menjadi ”lagu wajib” dalam setiap pentas mereka pada tahun 1970-an, misalnya pentas-pentas mereka di Taman Ismail Marzuki—mendapat pula aplaus hangat penonton, yang merangsek sampai ke bibir panggung.

Dalam sejumlah lagunya, seperti pada lagu melodious, Huma di Atas Bukit (ciptaan tahun 1974-1975), Ian Antono menjentingkan nada di atas gitar akustik. Juga dalam She Passed Away.

Ketika mereka sudah mengatakan usai pun, publik belum mau beranjak. Sampai tiga encore dimainkan, Jalan Kehidupan, Panggung Sandiwara, dan Semut Hitam.

Koes Bersaudara

Melalui serangkaian seleksi yang dilakukan sekitar 23 juri terpilih dari kalangan jurnalis, pemusik, dan kalangan produksi musik, dihasilkan ”25 pemusik legendaris”, yang tentu saja tak mencakup semua legenda yang ada.

Sekitar 180 nama, menurut sumber Rolling Stone, masuk dalam daftar. Akan tetapi, harus dipilih 25 dengan kriteria, bahwa sosok tersebut adalah musisi yang paling berperan membentuk musik populer Indonesia seperti yang dikenal sekarang ini.

Koes Plus menjadi pemusik legendaris nomor satu. Selain dinilai sangat produktif, lebih kurang 1.000 lagu dalam 63 album, juga pemusik Koes bersaudara ini bertahan dalam rentang waktu yang lama.

Yon Koeswoyo (68)—salah satu dari dinasti musik Koeswoyo—kini bahkan masih aktif bermusik dan berpentas meski dengan anggota-anggota muda sekalipun di bawah nama Koes Plus Pembaruan....

”Saya masih segar lho,” ujar Yon Koeswoyo ketika menerima penghargaan ”The Immortals”. Selain masih melakukan rekaman, Yon Koeswoyo kini menjadi satu-satunya anggota Koes Plus tersisa yang masih aktif bermusik.

Mereka lainnya yang mendapat penghargaan ”legenda” adalah: Iwan Fals, almarhum Chrisye, Benyamin Suaeb, almarhum Ismail Marzuki, grup musik Slank, Guruh Soekarnoputra, grup God Bless, Titiek Puspa (satu-satunya perempuan), Bimbo, Bing Slamet, Rhoma Irama, Fariz RM, almarhum Gombloh, Ebiet G Ade, Gesang, almarhum Harry Roesli, almarhum Jack Lesmana, Achmad Albar, grup The Rollies, Eros Djarot, Yockie Suryoprayogo, Dewa19, Ahmad Dhani, dan musisi jazz Indra Lesmana.

”Memang, ada yang bertanya, mengapa musisi, seperti A Riyanto atau almarhum Sam Saimun, tak masuk dalam 25 (orang terpilih) kali ini, itulah namanya pilihan. Mungkin di pemilihan berikut, mereka akan masuk,” ujar pucuk pimpinan Rolling Stone, Andy F Noya.

Lain kepala, lain pula rambutnya. Lain orang, lain pula pendapat dan pilihannya. Jika diurut dan dipilih-pilih, mungkin akan menghasilkan 100, bahkan 200 pemusik legendaris Indonesia yang abadi di sanubari pendengarnya. Itulah namanya pilihan. (Dahono Fitrianto/Budi Suwarna)

Sabtu, 01 November 2008

MICHAEL FRANKS WORLD TOUR 2008

Start:     Dec 10, '08 7:00p
Location:     The Ritz Carlton- Pacific Place
Photobucket

ORIGINAL PRODUCTION kembali menyelenggarakan pertunjukkan konser dari Penyanyi Jazz Legendaris Dunia "Michael Franks" yang akan menyapa penggemarnya di Jakarta

Platinum = Rp.2.000.000,-*
Gold = Rp 1.000.000,-
Silver = Rp 500.000,-

* Include Cocktail & Seat Number

Promoter ORIGINAL PRODUCTION

Art of Tea

Rating:★★★★★
Category:Music
Genre: Jazz
Artist:Michael Franks
Michael Franks adalah seorang musisi dengan vocal yang unik diranah musik pop/jazzy. Suara yg seolah males-malesan ini sangat memikat saya yg lagi jenuh mendengar musik hardrock di tahun 80 an.
Saya sendiri kenal MF dari kaset kompilasi C-90 terbitan Aquarius dan terpikat dengan lagu macam Monkey See Monkey Do, Antonio Song, eggplant dll.
Pengenalan itu berlanjut dengan mencari kaset bajakan di jaman 80 an.

Saat pendulum selera bermusik saya saat ini kembali ke musik rock, Michael Franks dan Chick Corea merupakan 2 artis yang masih saya koleksi CD nya.

CD Michael Franks Art of Tea merupakan album tahun 1976 yang saya dapat ditahun 1995 di Blok M. Meskipun CD ini miskin info di sleevenya, namun isi CD ini benar-benar sensual dan membuai, paduan vocal unik Franks dikombinasi sentuhan Keyboards Joe Sample, gitar ngerock Larry Carlton. Terdiri dari 9 track dengan art cover hitam putih karya Ed Thrasher, bergambar MF sedang bersila
Album ini diperkuat musisi: drummer John Guerin,bassist Wilton Felder, Keyboards Joe Sample, seksi tiup oleh Michael Brecker dan David Sanborn. Gitar diisi oleh Larry Carlton dan Michael Franks sendiri

Track di album ini
01 Nightmoves
02 Eggplant
03 Monkey See-Monkey Do
04 St. Elmo's Fire
05 I Don't Know Why I'm So Happy I'm Sad
06 Jive
07 Popsicle Toes
08 Sometimes I'm just Forget to Smile
09 Mr. Blue

track terfavorit saya di album ini Eggplant

Rabu, 15 Oktober 2008

"Lamb of God World Tour"

Start:     Mar 9, '09 7:00p
End:     Mar 9, '09 11:00p
Location:     Tennis Indoor Senayan, Jakarta
Photobucket

Ticket AS I LAY DYING "An Ocean Between Us Tour"

Info HTM konser AS I LAY DYING "An Ocean Between Us Tour" di Tennis Indoor

Presale 250 rb
di Venue 275 rb


Minggu, 12 Oktober 2008

detikNews : situs warta era digital | Ribuan Warga Yogya Bersepeda ke Sekolah dan Kantor

http://www.detiknews.com/read/2008/10/13/105043/1019095/10/ribuan-warga-yogya-bersepeda-ke-sekolah-dan-kantor
Kapan di Jkt kayak gini yach?......
gpp meskipun lone rider tetep Nyepedah ke kantor..
salut u/ Jogja.....

Yogyakarta -
Pelajar dan karyawan di Yogyakarta mencanangkan gerakan bersepeda ke kantor dan sekolah. Pencanangan gerakan ini diikuti oleh ribuan pelajar dan karyawan di kota tersebut.

Gerakan bersepeda ke kantor dan sekolah itu dinamakan Sego Segawe yang merupakan singkatan dari kalimat Sepeda Kanggo Sekolah lan Nyambut Gawe (sepeda untuk bersekolah dan bekerja). Peluncuran gerakan tersebut dipusatkan di Alun Alun Utara Yogyakarta, Senin (13/10/2008).

Acara yang digagas oleh Walikota Yogyakarta, Herry Zudianto itu diresmikan oleh Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X. Acara juga dihadiri oleh Wakil Walikota Haryadi Suyuti, Sekda DIY Tri Harjin Ismadji serta sejumlah pejabat Kota Yogyakarta dan Pemkot Yogyakarta. Para peserta yang terdiri dari pelajar SLTP, SLTA, guru, anggota TNI/Polri dan berbagai komunitas sepeda di Yogyakarta berkumpul di Alun Alun Utara Yogyakarta, sejak pukul 06.00 WIB.

Peresmian acara ini juga dilakukan cukup unik. Tidak ada suara sirine memekakan telinga yang biasanya dilakukan pada peresmian-peresmian berbagai acara. Peluncuran Sego Segawe ini ditandai dengan membunyikan bel sepeda ontel oleh Sri Sultan di atas sebuah panggung.

Herry Zudianto dalam sambutannya mengatakan, program Sego Segawe merupakan langkah nyata mengurangi polusi di Kota Yogyakarta dan pemanasan global. Dia juga menegaskan, bersepeda bukan identik dengan kemiskinan melainkan suatu kegiatan yang menyehatkan dan menyenangkan.

"Ini sebagai langkah nyata kita sebagai bentuk mewujudkan keistimewaan Kota Yogyakarta. Bersepeda juga mengurangi dampak pemanasan global di sekitar lingkungan kita," katanya.

Seusai pembukaan, Herry Zudianto bersama wakil walikota Haryadi Suyuti dan rombongan pegawai Pemkot Yogyakarta berombongan menuju kantor di Balaikota Timoho yang berjarak sekitar 5 kilomter dengan bersepeda. Hal yang sama dilakukan para peserta lainnya menuju sekolah dan kantor masing-masing.

Konvoi panjang pengendara sepeda sempat memadati semua ruas jalan di Kota Yogyakarta. Sambil mengayuh sepeda mereka tak lupa membunyikan bel. Kring, kring, kring....(bgs/djo)

Kamis, 09 Oktober 2008

AS I LAY DYING "An Ocean Between Us Tour"

Start:     Nov 30, '08 7:00p
End:     Nov 30, '08 11:00p
Location:     TENNIS INDOOR SENAYAN JAKARTA
Photobucket

SOLUCITE SHOW
Present

"AS I LAY DYING"
An Ocean Between Us Tour

Tennis Indoor Senayan
27 November 2008

affordable ticket price
great local opening act
exciting freebie promo
meet m greet
more great stuffs

Tunggu informasi selajutnya (untuk pemesanan dan harga tiket)

Contact Person
021 93396199
Mr GOLD


As I Lay Dying is a Grammy-nominated metalcore band from San Diego, California. Formed in 2000 by Tim Lambesis and having completed there first Line-up in 2001, the band's line-up consists of vocalist Tim Lambesis, drummer Jordan Mancino, lead guitarist Nick Hipa, rhythm guitarist Phil Sgrosso, and bassist Josh Gilbert, all of whom are Christians. Signed to Metal Blade Records, As I Lay Dying has released four studio albums, one split album, and one compilation album.
As I Lay Dying's 2007 release An Ocean Between Us peaked at number 8 on the Billboard 200, and number 1 on the Top Rock chart. The band has performed at Wacken Open Air, With Full Force, Soundwave Festival, Sounds of the Underground, Warped Tour, and Taste of Chaos. In 2007, As I Lay Dying won the "Ultimate Metal God" award from MTV2 at the first annual "All That Rocks" special, was named "Artist of the Year" at the San Diego Music Awards in 2008 and was nominated for a 2008 Grammy Award for the song "Nothing Left", though the award went to Slayer for "Final Six".

Minggu, 05 Oktober 2008

KONSER WHITESNAKE di JAKARTA BATAL (Re-Scheduling)

info dari milis:



STOP  PRESS  / PRESS RELEASE

 

"  KONSER WHITESNAKE  di JAKARTA  BATAL (Re-Scheduling) "

 

 

Pertunjukan grup musik WHITESNAKE yang rencanannya akan diselenggarakan pada tanggal 31 Oktober 2008 di Tennis Outdoor Senayan,  Jakarta , dengan sangat menyesal harus dibatalkan (Re-Scheduling). Adapun pembatalan konser tersebut dikarenakan atas kondisi yang tidak memungkinkan konser WHITESNAKE untuk diselenggarakan di kawasan Asia Tenggara (Seharusnya show diadakan di 6 (enam) kota di Asia Tenggara, tetapi hanya 3 kota yang confirm termasuk Jakarta )

 

Dengan ini kami sebagai Promotor  WHITESNAKE  LIVE CONCERT in JAKARTA dengan sangat menyesal dan kecewa harus menginformasikan "Pembatalan dan Penundaan / re-schedulling" Konser tersebut.  Mohon maaf yang sebesar-besarnya atas hal-hal yang diluar dari kemampuan kami (Force Majeur) sebagai Promotor. Harapan kami mudah-mudahan  proses rescheduling dapat berjalan dengan baik dan lancar, ataupun menggelar konser mereka di waktu mendatang pada saatnya nanti.

 

Terima kasih atas kepercayaan, dukungan, perhatian dan kerjasamanya, khususnya untuk para penggemar / Fans WHITESNAKE terutama sekali kepada para pihak yang telah membeli tiket,  rekan-rekan wartawan, tiket box, para sponsor serta pihak-pihak lain yang telah rela membantu kami demi kelancaran proses konser tersebut.  Khusus untuk para pembeli tiket / voucher, pengembalian uang tiket dapat dilakukan ditempat pembelian tiket / voucher di masing-masing tiket box

 

Demikianlah informasi ini kami sampaikan.  Atas perhatian dan kerjasamanya kami mengucapkan banyak terima kasih.

 

 

Jakarta, 06 Oktober 2008

 

Original Production

 

Tommy Pratama H, SE

Managing Director & Promotor

Kantata Takwa

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Documentary
Sutradara:
- Gotot Prakosa
- Eros Djarot

Supervisi:
- Slamet Rahardjo Djarot

Pemain:
- Iwan Fals
- WS Rendra
- Setiawan Djody
- Sawung Jabo
- Yockie S Prayogo
- Clara Shinta
- Bengkel Teater Rendra

musisi (yang tertangkap mata):
- Iwan Fals: Gitar/Vocal
- Sawung Jabo: Vocal/Perkusi
- Yockie S Prayogo: keyboard/piano/vocal
- Setiawan Djody: Gitar/Vocal
- Totok Thewel: Gitar
- Nanoe: Bass
- Innisisri: Drum
- Naniel: Flute
- Donny Fatah: Bass
- Budi Haryono: Drum
- Eet Syahranie: Gitar
- Raidy Noor: Gitar
- Embong Rahardjo: Flute/Sax

Lagu-lagu yang hadir di film ini (seinget saya, tolong ditambahin...:)):
- kesaksian (Kantata Takwa)
- Bento (Swami)
- Hio (Swami 2)
- Paman Doblang (Kantata Takwa)
- Bongkar (Swami)
- Kantata Takwa (Kantata Takwa)
- Air Mata (Kantata Takwa)
- Cinta (Swami)


Saya baru menonton Film kantata takwa pasca lebaran tanggal 5 oktober 2008 pukul 19.15 WIB, di Blitz Megaplex Grand Indonesia atas ajakan temen saya. terus terang ini pertama kali saya nonton film di sebuah bioskop sejak akhir 90 an, entah kenapa setelah peristiwa kebakaran beruntun Cineplex di Yogya yang memakan banyak korban, saya menjadi phobia nonton di bioskop. Ditambah dengan maraknya film dalam format DVD yg beredar secara luas, menambah alasan buat tidak datang ke bioskop.

Kantata Takwa membawa magnet yang sangat kuat buat saya untuk memberanikan diri datang ke Bioskop, dengan alasan:
1. Secara jujur album Kantata takwa bagi saya sampai dengan saat ini menjadi album musik yang paling saya sukai sejak dirilis hingga saat ini. (paduan kekuatan lirik WS. Rendra, Kekuatan Vocal Iwan fals / jabo serta kekuatan aransemen mas JSOP sungguh suatu maha karya yang luar biasa).

2. Meskipun sangat suka, yang menjadi penyesalan bagi saya adalah bahwa saya belum melihat dengan mata kepala sendiri Konser Kantata takwa secara langsung (meskipun sudah nonton konser Swami, rasanya masih kurang). Saat konser di Senayan, saya manyun di kota Padang karena tidak punya daya untuk datang menonton konsernya (hehehe potongan tiket konser ini masih melekat mulus di kaset Kantata Takwa saya).

Datang bersama teman penikmat dan musisi rock yang usianya terpaut 15 tahun lebih muda dari saya, kami masuk ke auditorium 6, bersama 10 orang lainnya (gila...total hanya 12 orang yang nonton, sementara Laskar Pelangi di 2 Auditorium sold out dan meninmbulkan antrian panjang).

Dibuka dengan adegan WS Rendra yang bermimpi seorang laki-laki berlari dikejar sekelompok orang mengenakan masker gas, bersepatu militer, mengenakan jas hujan dan menenteng M-16. seolah menggambarkan bagaimana represifnya saat itu.

Aku mendengar suara.....
Jerit makhluk terluka....
luka ... luka ....
... Orang-orang harus dibangunkan

Itulah Penggalan puisi Rendra menjadi lirik dari lagu yang selalu membuat saya merinding setiap saat mendengarnya "kesaksian".

Kesaksian inilah yang ingin ditampilkan dalam film ini.
Kesaksian akan adanya tindakan represif
Kesaksian akan adanya keserakahan,
Kesaksian akan penzaliman,
Kesaksian akan tercabutnya orang dari akarnya,

simak lirik dan lagu yang menggetarkan ini:

Aku mendengar suara
Jerit makhluk terluka
Luka luka hidupnya
Luka

Orang memanah rembulan
Burung sirna sarangnya
Sirna sirna hidup redup
Alam semesta luka

Banyak orang hilang nafkahnya
Aku bernyanyi menjadi saksi
Banyak orang dirampas haknya
Aku bernyanyi menjadi saksi

Mereka dihinakan
Tanpa daya
Ya tanpa daya
Terbiasa hidup sangsi

Orang orang harus dibangunkan
Aku bernyanyi menjadi saksi
Kenyataan harus dikabarkan
Aku bernyanyi menjadi saksi
haaaa...haaaa...haaaaa
(Kenyataan harus dikabarkan
Aku bernyanyi menjadi saksi)

Lagu ini jeritan jiwa
Hidup bersama harus dijaga
Lagu ini harapan sukma
Hidup yang layak harus dibela

Orang orang harus dibangunkan
Aku bernyanyi menjadi saksi
Kenyataan harus dikabarkan
Aku bernyanyi menjadi saksi

Orang orang harus dibangunkan
Aku bernyanyi menjadi saksi
Kenyataan harus dikabarkan

vokal berat Iwan Fals, dentingan piano JSOP, petikan gitar akustik Raidy Noor, dan lamat-lamat vokal latar Sunarti Rendra & Jabo, serta deram bass dan tetabuhan diujung lagu sungguh sajian yang menggetarkan sukma...

Kesaksian inilah yang ditonjolkan dalam film ini, seperti ditokohkan oleh Clara Sinta yang selalu hadir menjadi Saksi tanpa kata-kata, terhadap kejadian sepanjang film ini.

adegan demi adegan tersusun dari dialog/monolog teater, puisi dan lagu yang diambil dari album kantata dan Swami tidak membentuk alur cerita yang jelas. Sutradara membangun adegan yang disambung dengan penggalan konser kantata Takwa tahun 1991 di Senayan.
beberapa adegan ditampilkan secara indah (dialog Jabo dan Iwan yg bersila berhadapan tentang Hio sungguh menggetarkan). setting pantai berpasir dengan angin yg menderu juga terasa dramatis (kibaran jilbab dan selendang didera angin sungguh indah).

Adegan klimaks terekam saat eksekusi terhadap personil kantata satu persatu oleh pasukan bermasker:
JSOP yg tewas dipopor M-16 diantara deru nafas pemburunya
Djody yg tewas dibekap bantal diantara deru nafas pemburunya
jabo yg tewas ditembak diantara deru nafas pemburunya
dan Iwan yg dieksekusi dicabut giginya satu persatu

Rendra sendiri diadili oleh hakim multi wajah dan mengalunlah lagu paman doblang serasa membawa kita dalam kepengapan...

Ini seolah menggambarkan kenapa film ini tidak bisa beredar seselesainya dibuat tahun 90 an.
Mereka dibungkam satu-persatu...:)

Film ini secara keseluruhan IMHO lebih berupa adonan teater dan musik (Hanya sedikit menyinggung diskusi antara personil Kantata) yang tentunya akan sulit dipahami oleh orang kebanyakan, apalagi bagi generasi sekarang yang tidak mengalami secara langsung rentetan trilogi album Mata Dewa-Swami-Kantata Takwa.
bagaimana represifnya aparat yang melarang pertunjukan 100 kota tour Mata Dewa, bagaimana Swami yg secara lantang meneriakkan Bento dan Bongkar, serta kulminasi dari maha karya Kantata Takwa.

seusai keluar dari Auditorium 6 dalam perjalanan ketempat parkir, teman saya yang tidak mengalami fase trilogi Mata Dewa-Swami-Kantata Takwa, berkomentar pendek "bingung aku mas", saya hanya terdiam tidak menjawab....
Mungkin perlu nonton berulang kali untuk dapat ruh dari film ini. dan bagi saya Untuk nonton di bioskop cukuplah, saya tunggu DVD nya saja. Semoga segera dirilis....

Melihat kematangan Rendra didepan Kamera, dalam perjalanan pulang teringat poster bonus majalah Hai ditahun 80 an yang tertempel di tembok kamar kos, nuansa biru bergambar Rendra muda bercelana dan baju jeans dengan tulisan:
Kesadaran adalah matahari
Kesabaran adalah bumi
Keberanian menjadi Cakrawala
Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata....

Senin, 22 September 2008

Menu Sego Kucing di Bukber




Sabtu 20 Sept 2008, atas prakarsa postingan mas Adhi di milis i-rock! sepakat untuk ngumpul bareng sambil buka puasa. Bertempat di Bad Miguel Distro di Jl. Melinjo Pejaten, menu yang dipilih adalah Sego Kucing dan asesorinya dari angkringan Fatmawati.
Jalanan menuju lokasi macet berat (mas Gatot sampai naik sepeda lipet Dahon), sesampai di Bad Miguel sudah ada mas Nara dan tuan rumah mas Pungky.
Tak lama dateng mas Adhi membawa makanan dengan menu sego kucing iwak bandeng, sate kikil, sate usus, sate ati ampela, sate sosis, sate bakso, sirah pitik, tahu & tempe bacem serta gorengan khas cafe ceret telu.
Menjelang magrib sambil ngobrol, rame berdatangan peserta. Pas bedug berbunyi segelas es blewah nata de coco mak nyesss menyusup ke kerongkongan.
Abis magrib segera menyerbu sego kucing + lauk pauknya, jan nyuamleng pol..(inget kampung halaman).
Ritual dilanjut perburuan CD yang dibawa jo Ican (lumayan dapet Suckerhead 2 biji + Whithin Temptaion, thx jo Ican), dan langsung nyambung acara sedot menyedot dari berbagai sumber.
Sempat kemringet ketika 2 external HD gak kebaca sama pc mac mas Pungky, untungnya mas Pungky juga menyiapkan yg Windows hehehehe, gak sia-sia bawa 2 HD.
matur nuwun mas David, mas Gatot, mas Puy, mas Pungky dan nyonya, mas Arman gangwolu, jo Ican, mas Nara, mas Harris, mas Baidi (asli ngakak denger joke sepeda instant wakakakaka), mas Dedi, mas Adhi, dan temen-temen lain atas semuanya.

Foto hasil jepretan mas Arman Gang8

Senin, 15 September 2008

Kota Ramah Sepeda


tulisan dikutip dari:
http://www.kompas.com/read/xml/2008/09/15/01100025

Senin, 15 September 2008 | 01:10 WIB

Oleh NIRWONO JOGA

Jakarta harus segera mencari solusi yang dapat mengatasi kemacetan di hampir semua sudut jalan kota, sekaligus mengurangi pencemaran udara. Pertumbuhan kendaraan bermotor pribadi berbanding terbalik dengan penyediaan angkutan massal. Kota perlu perubahan alternatif baru.

Adakah solusi jitu mengurangi benang kusut kemacetan dan pencemaran udara berbiaya murah dengan teknologi sederhana, tetapi berdampak positif luas (low cost, low tech, high impact)?

Ada! Sediakan jalur pejalan kaki dan jalur pesepeda yang nyaman!

Dalam perencanaan kota, peruntukan lahan ruang terbangun, dan ruang terbuka hijau (RTH), sistem transportasi publik, sirkulasi pejalan kaki dan sepeda harus mampu bersinergi dengan baik. Pemerintah kota harus mengembangkan kawasan-kawasan kota yang mudah untuk dijelajahi dengan transportasi publik ramah lingkungan (bus trans, monorel, kereta api), bersepeda, dan berjalan kaki. Kawasan pejalan kaki dan sepeda sebagai ruang sosial dan jiwa kota yang sesungguhnya karena berjalan kaki dan bersepeda merupakan hak asasi manusia yang paling hakiki dalam budaya berkota dan beradab.

Ruang jalan yang didominasi kendaraan bermotor harus dikelola ulang menjadi ruang publik yang ramah lingkungan untuk berjalan kaki dan bersepeda. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), kemacetan lalu lintas, pencemaran udara, dan isu pemanasan global membuat banyak penduduk kota dunia di Amerika Serikat, Kanada, Eropa Barat, dan Jepang beralih ke kendaraan nonmotor. Kendaraan ini diyakini lebih ramah lingkungan dan sehat, seperti bersepeda dan atau berjalan kaki.

Berjalan kaki dan bersepeda adalah salah satu jenis alat transportasi paling murah, sehat, dan ramah lingkungan. Warga didorong membiasakan diri berjalan kaki 15 menit atau bersepeda 15 menit-30 menit ke tempat tujuan sekitar yang letaknya tidak terlalu jauh. Ada lima keuntungan bersepeda ke tempat kerja, yakni berolahraga, menghemat energi, ikut melestarikan lingkungan, sehat, dan rekreasi. Budaya berjalan kaki dan bersepeda adalah penanda bagaimana modernisasi dan perkembangan kota dapat berjalan secara humanis.

Kota Amsterdam, Belanda, adalah kota ramah sepeda terbaik di dunia. Kota Boulder, Colorado, mempunyai hampir 500 kilometer jalan kota yang dilengkapi jalur khusus sepeda. Kota Curitiba (Brasil) dan Bogota (Kolombia) membangun jalur pejalan kaki dan pesepeda sejajar jalur koridior bus transkota. Kota Singapura menyediakan jalur pesepeda yang panjang dalam bentuk jejaring taman penghubung kota (urban park connector/UPC).

UPC berupa koridor jalur pedestrian dan jalur hijau kota (bantaran sungai, tepi rel kereta api, tepi pantai) dalam bentuk taman dan jalur hijau (untuk berjalan kaki dan bersepeda) yang terhubungkan satu sama lain secara berkesinambungan ke seluruh kawasan kota. Koridor dapat diperluas untuk menghubungkan tempat tujuan orang untuk bekerja, berekreasi, berganti moda transportasi dan berolahraga (bersepeda, joging) sehingga mengurangi penggunaan kendaraan bermotor/pribadi, memperbaiki perilaku dan kualitas masyarakat dalam budaya berkota.

Penataan jalur
Bagaimana dengan Jakarta? Untuk menstimulasi sosialisasi kampanye Jakarta kota ramah sepeda diperlukan penataan jalur pesepeda yang aman dari kendaraan bermotor, berdampingan atau bersinggungan dengan koridor bus transjakarta dan stasiun kereta api, bersebelahan atau bersatu dengan jalur pejalan kaki dan jarak tempuh relatif sedang.

Bagaimana membuat jalur sepeda dengan murah dan sederhana? Pada jalur pedestrian lebar lebih dari 2,5 meter. Lantai pedestrian cukup dicat (spotlight) simbol telapak kaki (sepatu) dan sepeda (pilih warna kuning, putih, atau oranye). Untuk jalur pedestrian dengan lebar kurang dari 2,5 meter, lantai dicat simbol telapak kaki dan membuat marka jalur sepeda di jalan aspal berupa simbol sepeda, garis lurus dan garis putus-putus (di setiap persimpangan). Di ujung jalan utama dipasang rambu jalur khusus pejalan kaki dan atau sepeda (gambar telapak sepatu dan sepeda) serta rambu larangan sepeda motor. Jadi di sini tidak memerlukan pekerjaan konstruksi berat.

Permukaan jalan yang dapat diakses oleh para pejalan kaki (termasuk orang cacat difabel, lansia, anak-anak). Kontinuitas fasilitas terhadap penyeberangan jalan dilengkapi dengan marka jalan, rambu dan lampu lalu lintas, pembatasan kecepatan kendaraan bermotor pada persimpangan, fasilitas pengamanan (bollard, pos pengatur lalu lintas, jalur pengaman, warning block, paving khusus untuk orang cacat), dan kenyamanan (pohon peneduh, bangku, tempat sampah, boks telepon, halte bus, papan informasi, dan ramp).

Ke depan, fasilitas yang diperlukan adalah parkir sepeda, tempat penyewaan sepeda, dan ekotoilet umum di terminal, halte perpindahan dan halte strategis bus transjakarta (dan monorel), stasiun kereta api, taman-taman strategis, gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan. Toko aksesori dan bengkel sepeda (tempat istirahat sejenak) disediakan di beberapa titik strategis jalur sepeda.

Kawasan mana yang memungkinkan sebagai proyek percontohan? Kawasan Menteng, Kebayoran Baru, Kuningan, CBD Sudirman, Pasar Baru-Lapangan Banteng-Monas, dan koridor Blok M-Kota.

Mengapa? Ruas jalan, jalur pedestrian, dan median jalur hijau cukup luas, teduh, dan sudah terkoneksi. Kawasan yang dicakup cukup besar dan strategis. Tidak perlu mengubah atau menambah fasilitas secara fisik yang bisa menimbulkan konflik dengan sarana yang sudah terbangun, dan tidak memerlukan subsidi besar.

Pengembangan jalur sepeda mempertimbangkan kawasan berpenduduk dengan populasi tinggi, sebagian di pinggir/luar kota, sebagian besar tempat bekerja terpusat di perkotaan, padatnya kendaraan bermotor/memenuhi ruas-ruas jalan, dan minimnya fasilitas jalur pejalan kaki sebagai jaring penghubung perjalanan manusia.

Penataan jalur sepeda perlu didukung oleh koordinasi yang baik antara dinas pertamanan dan unit-unit kerja terkait, seperti dinas perhubungan, dinas pekerjaan umum, dinas penerangan jalan umum, badan pengendalian dampak lingkungan hidup daerah, dinas pariwisata, dan wali kota, serta partisipasi masyarakat, terutama dari komunitas seperti Bike to Work (B2W), onthel tua, kereta api mania, masyarakat transjakarta sebagai pengguna jalur pejalan kaki dan sepeda.

Sinergi pembangunan transportasi massal terpadu yang ramah lingkungan, infrastruktur jalur pejalan kaki dan pesepeda yang nyaman, pembatasan pergerakan kendaraan pribadi, menyediakan ruang terbuka hijau yang luas, dan memperbanyak pohon kota akan membuat udara kota lebih bersih, segar, dan sehat. Oleh sebab itu, perlu suatu kebijakan gubernur, pemerintah daerah, dan DPRD yang luar biasa (political will) untuk dapat mewujudkan kota ramah sepeda terhadap kondisi yang sudah telanjur kongesti di Jakarta.

Kring-kring-kring, ada (jalur) sepeda....

NIRWONO JOGA Arsitek Lanskap