Minggu, 14 Desember 2008

Ketulusan Hati Michael Franks--Liputan Michael Franks di Kompas Minggu

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/12/14/01401757/ketulusan.hati.michael.franks
Ketulusan Hati Michael Franks

Minggu, 14 Desember 2008

Susi Ivvaty

Michael Franks, ya... Michael Franks. Suara lembutnya yang membuai kuping saat manggung di Hotel Ritz Carlton Pacific Place Jakarta, Rabu (10/12), hampir persis dengan suaranya versi rekaman di compact disc. Ia bilang, kekuatan dirinya sesungguhnya terletak pada ketulusan hati ketika bernyanyi maupun mencipta lagu.

Mungkin karena itulah Franks berulang-ulang memejamkan mata saat melantunkan lagu di Ballroom Ritz Carlton. Ia menghayati betul setiap bait lagunya sehingga penonton pun sampai ikut merem-merem.

Seorang penggemar sebelum konser mengaku penasaran melihat bagaimana seorang Michael Franks berada di atas panggung besar. Setelah melihat penampilan Franks, ia berkomentar pendek, ”Ya... seperti Michael Franks.” Surjorimba (42), penonton itu, menyambung, ”Seperti yang saya dengar di kamar malam hari sambil tiduran. Menghanyutkan.”

Tanpa atraksi

Franks (64) tidak beratraksi macam-macam di panggung, misalnya yang paling sederhana dengan memainkan gitar. Ia hanya berdiri di depan pengeras suara dalam posisi sama, atau sesekali beringsut ke belakang memberi kesempatan kepada musisi pengiring untuk bermanuver.

Diiringi band dengan personel Veronica Nunn (vokal), David Mann (saksofon dan flute), Jay Anderson (bas), Willard Dyson (drum dan perkusi), serta Charles Blenzig (piano), Franks memunculkan dirinya apa adanya. Kekuatan lagu dan suara khasnya yang tetap prima pada usia 64 tahun.

Sebanyak 16 lagu Franks nyanyikan. Ia membuka dengan ”Long Slow Distance” (1990), lalu ”Tiger in the Rain” (1979), dan ”Tell Me All About It” (1983). Saat lagu ”The Lady Wants to Know” (1977), penonton bertepuk keras sambil bersuit. Begitu pula ketika ”Down in Brazil” (1977) dan ”Eggplant” (1976). Lagu-lagu itu memang sangat populer. Seorang penonton berbisik kepada temannya, ”Terung saja bisa jadi lagu.”

Sedikit nukilannya: ”When my baby cooks her Eggplant/ She don’t read no book/ She’s got a Giocanna kinda of dirty look/ And my baby cooks her Eggplant/ Bout 19 different ways/ Sometimes I just have it raw with Mayonnaise”. ”Lagu ini memang bercerita tentang seorang vegetarian. Tadinya saya hanya memandang keluar lewat jendela dan mikir. Lalu jadi lagu itu,” terang Franks seusai konser.

Franks memilih enam dari delapan lagu yang pernah dinyanyikan pada saat konser bareng Crossfire tahun 1980. Lagu-lagu itu, selain ”The Lady Wants to Know”, yaitu ”Don’t Be Blue” (1977), ”When the Cookie Jar is Empty” (1978), ”B’Wana-He No Home” (1977), ”Monkey See Monkey Do” (1976), dan ”Antonio’s Song” (1977).

Ketulusan hati

Franks, yang merasa sebagai seorang romantis, memandang kekuatan dirinya adalah pada kesungguhan menyanyikan setiap lagu. ”Sincere..,” tandasnya. Baginya, ketulusan yang keluar dari hati akan terpancar dan menular.

Franks, kelahiran La Jolla, California, 18 September 1944, mengawali karier sebagai penulis lagu pada awal tahun 1970-an. Ia tidak sengaja memilih smooth jazz sebagai musik yang merepresentasi jiwanya. ”Saya tidak mendesain diri menjadi penyanyi jazz. Saya pernah mencoba berbagai genre, mulai country, pop, juga rock. Saya punya koleksi gaya musik yang berbeda-beda,” ujarnya.

Sebelum bergabung dengan label Warner Bros, pada tahun 1973-1975, seperti dikatakan Franks, ia banyak menulis lagu dengan musik yang seusai karakternya sendiri.

Franks banyak dipengaruhi oleh musik Brazilian, termasuk pencipta lagu asal Rio de Janeiro, Brasil, yang masyhur, Antonio Carlos Jobim. Ia pun mendedikasikan tiga lagu untuk Antonio, yakni ”Antonio’s Song (The Rainbow)”, ”Like Water, Like Wind”, dan ”Abandoned Garden”. ”Itu semua menjadi gaya saya,” ujarnya.

Di sisi lain, Franks juga menyukai musik instrumental dan secara alamiah musiknya kemudian condong kepada apa yang orang bilang sebagai smooth jazz. ”Naturally,” cetusnya.

Telah 17 album ia bikin. Album terakhir, Rendezvous in Rio, diproduksi pada tahun 2006 di bawah label Koch Records. Di sini, Michael Franks menggoyang penggemarnya dengan dentaman musik Amerika Selatan.

Mau apa pun jenis musiknya, kekuatan Michael Franks tetap pada lagu indahnya dan suaranya yang semerdu burung bernyanyi itu. Bisa juga seperti air tenang yang menghanyutkan.

8 komentar:

Agam Fatchurrochman mengatakan...

kalau liputan langsung mas Danang mana?
puas nggak?
tanggal 18 ada peluncuran album Efek RUmah KAca di Aksara mas. saya datang jauh2 dari Banda Aceh nih....

Danang Suryono mengatakan...

Puas banget mas, mimpi jadi nyata
ini liputannya http://danangsuryono.multiply.com/journal/item/177/Kedataran_yang_mempesona

ERK nanti lihat kondisi..., pingin dateng cuman kok acaranya Kamis....

Agam Fatchurrochman mengatakan...

saya berangkat dari banda aceh pagi, jadi langsung ke aksara.
band sebagus ERK ini, barangkali band terbagus di Indonesia saat ini, harus didukung... apalagi istrinya Cholil teman saya hahaha...

Danang Suryono mengatakan...

Saya sendiri suka sama ERK, dan support (minimal beli CD nya)..
moga-moga bisa dateng mas Agam

Agam Fatchurrochman mengatakan...

Jam 4 18 Des di Aksara mas Danang. Ayo datang, kapan lagi ada grup sekeren dan se-humble ini

Danang Suryono mengatakan...

waksss jam 16.00...., Kemang lagi....

Agam Fatchurrochman mengatakan...

Kalau nyepeda ke Kemang... Pasti keringetan dan bau mas hahaha....

duke mengatakan...

Michael Franks - Eggplant live
https://www.youtube.com/watch?v=ab2iaOJgwQU