Kamis, 27 Maret 2014

Sampul Kaset


Saat jaman merdekanya kaset bajakan resmi eksis di Indonesia, satu album rekaman bisa dirilis oleh banyak label di Indonesia tanpa tedeng aling-aling. Seperti contoh kaset Queen Hot Space yang dirilis oleh Aquarius, Team Records, ABC Records, Hins Rockshot, Perina, Billboard dan banyak label lain lagi



Saat itu berbagai pertimbangan bisa dipakai penggemar musik saat memutuskan  akan membeli kaset sesuai selera pribadi nya. Mungkin pertimbangan pita kaset yang dipakai, perekam, kemasan, ada lyrics atau tidak hingga sampul kaset.

Saat perekam kaset Indonesia memulai, terasa masih sangat sederhana, seperti kaset Queen A Night at the Opera rilisan Perina. Sampul hanya warna hitam putih dengan susunan lagu berada pada sisi luar kaset, tanpa ada informasi rilis tahun berapa?, Siapa Musisi pendukungnya, apa lagi Lyrics nya. Sungguh sederhana sekali.


Seiiring kemajuan tekhnologi, sampul kaset pun mengalami perubahan dimana label perekam menggunakan sampul yang sudah ada template/master  yang sudah berlogo perekamnya namun masih dalam kondisi kosong (blangko). Barulah kemudian nama artis/band, Judul Album, No Seri Kaset, Musisi pendukung, Daftar Lagu dicetak / distensil dengan alat tertentu. Untuk urusan cover digunakan foto ( memotongnya terkadang gak sinkron)  yang ditempel dengan lem. Model ini hasilnya kurang rapi dan tekanan mesin stensil menimbulkan huruf yang cekung / menekan kertas kedalam,
Banyak perekam menggunakan tekhnologi ini seperti YESS (yang akhirnya malah menjadi trademark), Aquarius, Saturn, Contessa, ABC, AR (Private Music edisi garis-garis), Alpine. Kaset dimasa ini rata-rata tidak menyertakan lyrics karena terbayang bagaimana harus mengetiknya.
Sebagai contoh berikut beberapa kaset yang menggunakan model sampul seperti ini.


Menginjak awal 80 an, sampul kaset berkembang lagi, dimana tekhnologi percetakan semakin bagus, sampul kaset menjadi lebih rapi dan menarik. Cover bukan lagi foto yang ditempel dengan lem, tetapi sudah langsung dicetak secara rapi. Perekam besar seperti Billboard, AR, GL, Contessa, Team, Audio Master, Aquarius, Pan Audio, Connoisseur bahkan perekam Divisi II seperti ABC, Scorpio dan lain-lain sudah menggunakan model ini. Kaset terasa rapi dan rata-rata sudah diberi bonus yang dituliskan di sampul depan “Incl. Lyrics”. Sebagai contoh kaset rilisan Aquarius


Bagaimana dengan perekam YESS?, rasanya di awal 80 an YESS masih setia menggunakan model stensilan yang menjadi trademarknya. Namun saat berada di akhir hayat seperti ditulis mas Eddy Irawan pada http://gwmusic.wordpress.com/2012/11/24/yess-reformasi/ ternyata YESS juga mengikuti tekhnologi itu, termasuk menyertakan Lyrics pada kasetnya. Sebagai contoh kaset Genesis dengan nomer seri 683.


Hingga kini dijaman kaset lisensi, rasanya  tekhnologi nya masih sama, yang berbeda hanyalah tidak ada lagi satu album yang bisa di rilis oleh banyak perekam saenak udel le lagi. Kalopun ada perbedaan paling hanya pada edisi remaster. Tapi jaman sekarang siapa yang mau meremaster kaset?


Waktu telah berlalu, dan rasanya kita sama sama tahu kaset model mana yang akhirnya menjadi incaran para penggemar kaset. Ditengah harga kaset yang memicu inflasi beberapa rumah tangga, beberapa kaset langka yang menjadi incaran penggemar kaset pun (contoh serial Team Records) muncul produk palsunya. Tekhnologi cetak saat ini memungkinkan untuk memalsukan secara nyaris sempurna untuk sampul albumnya.

Sempat ngobrol dengan mas Gatot tentang kenapa kaset YESS tidak dicetak ulang?, mungkin kaset rilisan YESS / Monalisa meskipun menjadi incaran mungkin malah menjadi susah untuk di palsukan/dicetak ulang. Dengan model stensilan yang menimbulkan cekungan pada huruf dan tidak rapi  itu rasanya susah disamai oleh percetakan modern yang serba digital. Jadi bisa dimengerti jika harga kaset YESS pun semakin melambung tinggi.