Saat
jaman merdekanya kaset bajakan resmi eksis di Indonesia, satu album rekaman
bisa dirilis oleh banyak label di Indonesia tanpa tedeng aling-aling. Seperti
contoh kaset Queen Hot Space yang dirilis oleh Aquarius, Team Records, ABC
Records, Hins Rockshot, Perina, Billboard dan banyak label lain lagi
Saat
itu berbagai pertimbangan bisa dipakai penggemar musik saat memutuskan akan membeli kaset sesuai selera pribadi nya.
Mungkin pertimbangan pita kaset yang dipakai, perekam, kemasan, ada lyrics atau
tidak hingga sampul kaset.
Saat
perekam kaset Indonesia memulai, terasa masih sangat sederhana, seperti kaset
Queen A Night at the Opera rilisan Perina. Sampul hanya warna hitam putih
dengan susunan lagu berada pada sisi luar kaset, tanpa ada informasi rilis
tahun berapa?, Siapa Musisi pendukungnya, apa lagi Lyrics nya. Sungguh sederhana
sekali.
Seiiring
kemajuan tekhnologi, sampul kaset pun mengalami perubahan dimana label perekam
menggunakan sampul yang sudah ada template/master yang sudah berlogo perekamnya namun masih
dalam kondisi kosong (blangko). Barulah kemudian nama artis/band, Judul Album,
No Seri Kaset, Musisi pendukung, Daftar Lagu dicetak / distensil dengan alat
tertentu. Untuk urusan cover digunakan foto ( memotongnya terkadang gak
sinkron) yang ditempel dengan lem. Model
ini hasilnya kurang rapi dan tekanan mesin stensil menimbulkan huruf yang
cekung / menekan kertas kedalam,
Banyak
perekam menggunakan tekhnologi ini seperti YESS (yang akhirnya malah menjadi
trademark), Aquarius, Saturn, Contessa, ABC, AR (Private Music edisi
garis-garis), Alpine. Kaset dimasa ini rata-rata tidak menyertakan lyrics
karena terbayang bagaimana harus mengetiknya.
Sebagai
contoh berikut beberapa kaset yang menggunakan model sampul seperti ini.
Menginjak
awal 80 an, sampul kaset berkembang lagi, dimana tekhnologi percetakan semakin
bagus, sampul kaset menjadi lebih rapi dan menarik. Cover bukan lagi foto yang
ditempel dengan lem, tetapi sudah langsung dicetak secara rapi. Perekam besar
seperti Billboard, AR, GL, Contessa, Team, Audio Master, Aquarius, Pan Audio,
Connoisseur bahkan perekam Divisi II seperti ABC, Scorpio dan lain-lain sudah
menggunakan model ini. Kaset terasa rapi dan rata-rata sudah diberi bonus yang
dituliskan di sampul depan “Incl. Lyrics”. Sebagai contoh kaset rilisan
Aquarius
Bagaimana
dengan perekam YESS?, rasanya di awal 80 an YESS masih setia menggunakan model stensilan
yang menjadi trademarknya. Namun saat berada di akhir hayat seperti ditulis mas
Eddy Irawan pada http://gwmusic.wordpress.com/2012/11/24/yess-reformasi/
ternyata YESS juga mengikuti tekhnologi itu, termasuk menyertakan Lyrics pada
kasetnya. Sebagai contoh kaset Genesis dengan nomer seri 683.
Hingga
kini dijaman kaset lisensi, rasanya tekhnologi
nya masih sama, yang berbeda hanyalah tidak ada lagi satu album yang bisa di
rilis oleh banyak perekam saenak udel le lagi. Kalopun ada perbedaan paling
hanya pada edisi remaster. Tapi jaman sekarang siapa yang mau meremaster kaset?
Waktu telah berlalu, dan rasanya kita
sama sama tahu kaset model mana yang akhirnya menjadi incaran para penggemar
kaset. Ditengah harga kaset yang memicu inflasi beberapa rumah tangga, beberapa
kaset langka yang menjadi incaran penggemar kaset pun (contoh serial Team
Records) muncul produk palsunya. Tekhnologi cetak saat ini memungkinkan untuk
memalsukan secara nyaris sempurna untuk sampul albumnya.
Sempat ngobrol dengan mas Gatot tentang
kenapa kaset YESS tidak dicetak ulang?, mungkin kaset rilisan YESS / Monalisa meskipun
menjadi incaran mungkin malah menjadi susah untuk di palsukan/dicetak ulang. Dengan
model stensilan yang menimbulkan cekungan pada huruf dan tidak rapi itu rasanya susah disamai oleh percetakan modern
yang serba digital. Jadi bisa dimengerti jika harga kaset YESS pun semakin
melambung tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar