Selasa, 30 Desember 2008

Kok pada lahir 1 Januari??

Beberapa hari ini tiap lihat inbox di MP, kok di Upcoming Events pas  Thursday, January 1. banyak banget yang birthday?

ini memang tgl Ultah
atau
pas buat akun di MP cuman nyomot tgl 1 Januari ya?


yang jelas siap-siap ngucapin met ultah massal   

Senin, 29 Desember 2008

Jl. Surabaya 28 Desember 2008


Sea Breeze

Mampir ke jl. Surabaya gak banyak CD Indonesia yg tersedia, lumayan dapet 3 single Queen, 2 album Deep Purple, GRP artist serta beberapa CD lokal

Senin, 22 Desember 2008

Soto Brutu

Pagi ini, sesuai Jadwal setiap Selasa dan Jum'at saya biasanya ber B2W ke kantor. Saat siap-siap tiba-tiba gerimis rata turun membasahi bumi. Segera ambil raincoat warna Ijo Pupus dan merapikan backpack, dan memasukkan baju kedalam box.
Sepeda, hmmm karena hujan saya pilih sepeda Federal yang sudah berumur 18 tahun, untuk tunggangan hari ini, dengan pertimbangan Federal ini terpasang ban yang cocok dengan kondisi jalan yang basah (hehehehe, emang Lewis Hamilton doang yang pake ban basah, ban kering).
Setelah minum air madu hangat racikan Istri, segera gowes perlahan menyusuri jalan basah. Sepanjang perjalanan gerimis rata membasahi muka, berulangkali terpaksa berhenti untuk ngelap kaca mata (coba kalo kacamata ada wipernya), angin dingin terasa kencang membawa butiran gerimis menerjang badan.


Sesampainya Juanda III, mampir ke Warung Soto, dan segera memesan :
  • 1 porsi "Soto Brutu",
  • setengah porsi nasi putih,
  • 1 tusuk sate telor puyuh dan
  • segelas teh tawar hangat.

Rasa brutu nya, kenyil-kenyil mak nyusss, ditimpa kuah soto panas sungguh mantabbbb ditengah udara dingin pagi.

Soto ini dilidah saya sungguh cocok..., kalo mau nyoba silahkan mampir ke Jl. Juanda III di depan Bayu Buana Travel.

Buka setiap hari dari jam 6.00 WIB sampai sekitar jam 14.00 WIB. Kecuali hari minggu tutup.

Nyepeda dan Nyoto memang paduan yang pas...

Ibu

Meskipun kemarin beli CD Efek Rumah Kaca-Kamar Gelap dan Queen + PR the cosmos rock, namun di tanggal 22 Desember  bertepatan hari Ibu, saya cuman pingin muter lagu tentang Ibu. Banyak lagu yang bercerita tentang sosok yang luar biasa ini, namun saya selalu meneteskan air mata setiap mendengar lagu ciptaan Iwan Fals ini.
Meresapi vocal getir Iwan Fals dan petikan gitar akustik Ian Antono, terasa ada kegetiran, kebahagiaan, dan rasa kagum luar biasa yang muncul dihati,
"dengan apa ku membalas"

Ibu

Cipt  : Iwan Fals
Album :‘1910’
Tahun :1988


Ribuan kilo
Jalan yang kau tempuh
Lewati rintang
Untuk aku anakmu

Ibuku sayang
Masih terus berjalan
Walau tapak kaki
Penuh darah penuh nanah

Seperti udara
Kasih yang engkau berikan
Tak mampu kumembalas
Ibu.....
Ibuu.....

Ingin ku dekat
Dan menangis dipangkuanmu
Sampai aku tertidur
Bagai masa kecil dulu

Lalu doa doa
Baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas
Ibu.....
Ibuu.....


Ribuan kilo
Jalan yang kau tempuh
Lewati rintang
Untuk aku anakmu

Ibuku sayang
Masih terus berjalan
Walau tapak kaki
Penuh darah penuh nanah

Seperti udara
Kasih yang engkau berikan
Tak mampu kumembalas
Ibu.....
Ibuu.....


Kamis, 18 Desember 2008

Sosok. Om Toto Sugito-Antipemanasan Global


http://cetak.kompas.com/sosok
Toto, Antipemanasan Global

Kompas
Kamis, 18 Desember 2008

NINOK LEKSONO

Pada masa lalu, tak banyak yang bisa diceritakan tentang aktivitas bersepeda. Sebagai moda transportasi, dulu, bersepeda merupakan hal yang wajar karena belum banyak kendaraan bermotor dan jarak yang harus ditempuh relatif tak jauh sehingga dari segi waktu pun bersepeda nyaman saja. Popularitas bersepeda turun seiring tersedianya transportasi kendaraan bermotor. Kini, bersepeda justru tampil dengan nilai dan kearifan lain.

Bersepeda tak saja menghadirkan gaya hidup sehat, tetapi juga menyampaikan pesan prolingkungan. Itu karena bersepeda berkontribusi pada pengurangan penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Bahkan, lebih jauh, bersepeda itu merespons anjuran untuk menanggulangi pemanasan global karena aktivitas tanpa BBM berarti tak melepaskan gas rumah kaca yang menjadi biang utama fenomena pemanasan global.

Alasan yang bersifat praktis, bersepeda lebih lincah dalam menembus kemacetan lalu lintas di kota-kota besar.

Itulah yang diamati Toto Sugito (45), Ketua Umum Bike to Work (B2W), komunitas pengguna sepeda ke kantor (atau kegiatan lain).

Landasan aktivitas yang logis dari sejumlah argumen tersebut membuat anggota komunitas terus bertambah. Kelompok ini pun tak hanya eksis di Jakarta, tetapi juga di kota-kota lain di Indonesia. Menurut Toto, anggota B2W di berbagai kota mencapai 10.000-an.

Bersepeda pada satu sisi lalu tampak sebagai suatu gaya hidup modern. Di sini juga tersirat niat tulus untuk bersikap baik terhadap Sang Bumi.

Menengok kembali awal B2W, Toto yang untuk kiprahnya mendapat penghargaan dari Swiss Contact dan ”Indonesia Berprestasi” dari XL ini mengatakan, ide pendirian B2W muncul setelah ia semakin prihatin dengan kondisi polusi udara, keterbatasan tempat parkir, dan kemacetan. Toto—sebelumnya ia pencinta sepeda gunung—lalu mencoba moda transportasi alternatif untuk ke kantor. Jalur Cibubur-Tebet, Jakarta Selatan, lalu menjadi rute hariannya sejak 2004.

Pada awalnya, sang istri keberatan Toto bersepeda ke kantor karena alasan polusi udara sangat tinggi. Jalan keluarnya, Toto memakai masker yang bermutu baik.

Setelah merasakan manfaatnya, Toto kemudian memperkenalkan ”bersepeda ke kantor” tersebut kepada teman-teman dekatnya. Ternyata sambutan mereka positif. Oleh karena itu pula, tahun 2005 Toto lalu menghimpun komunitas pekerja bersepeda dalam B2W.

Tidak butuh waktu lama, komunitas ini berkembang menjadi tren baru di kalangan eksekutif muda. Malah berikutnya, gaya hidup bersepeda ini meluas pula di kalangan remaja, bahkan juga ke kalangan mereka yang berusia lanjut.

Keluarga dari sebagian anggota komunitas ini, yang semula sempat meragukan, kini justru ikut pro terhadap aktivitas bersepeda yang dipelopori Toto. Kendaraan utama anak pertama dia yang belakangan kuliah di Bandung juga sepeda. Adapun kedua anak Toto yang lain baru menggunakan sepeda sebagai alat olahraga.

Penitipan sepeda

Toto memimpikan B2W dapat berkembang menjadi komunitas serupa yang sukses seperti di Kanada dan banyak negara Eropa, khususnya Belanda. Di negara-negara itu, meski sarana transportasi bermotor pribadi dan umum sangat baik, banyak warga yang memilih menggunakan sepeda untuk menunjang aktivitas sehari-hari mereka.

Di dekat stasiun kereta api, banyak terlihat area parkir sepeda. Selain pertimbangan kesehatan dan nonpolusi, secara transportasi, sepeda pun bisa menjadi pengumpan (feeder) bagi aktivitas commuting (ulang-alik, pergi-pulang, rumah-tempat bekerja yang cukup jauh).

Bukankah peran serupa juga masuk akal bagi busway yang belakangan dipromosikan di kota-kota besar Indonesia? Tentu saja masih diperlukan penyediaan fasilitas penitipan sepeda yang bisa diandalkan, bila hal tersebut hendak dikembangkan di Indonesia. Namun secara ide, hal itu masuk akal.

Berbicara tentang tolok ukur kesuksesan B2W di Indonesia, hal ini, menurut Toto, tidak semata bisa dicerminkan oleh banyaknya anggota komunitas, tetapi juga seberapa jauh bersepeda dapat menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia.

”Artinya, masyarakat kita menjadi sadar betul akan masalah polusi udara dan hubungannya dengan perubahan iklim, juga bagaimana energi atau BBM yang ada bisa dihemat untuk generasi selanjutnya,” kata Toto.

Bila kesadaran tersebut telah dipahami masyarakat luas, tentu tidak akan sulit untuk menambah anggota komunitas bersepeda.

B2W dalam hal ini mengajak masyarakat menggunakan sepeda tidak hanya sebagai alat olahraga dan/atau rekreasi, tetapi juga sebagai alat transportasi yang ramah lingkungan sekaligus menyehatkan bangsa.

Dalam posisi ini, sepeda memang tergolong unik karena peran mendukung mobilitas muncul seiring dengan peran menyehatkan, sekaligus peran memelihara lingkungan.

Jalur khusus

Toto yang sehari-hari bekerja sebagai direktur di sebuah perusahaan konsultan arsitektur ini punya cara mudah dalam mengampanyekan kegiatan bersepeda, yakni melalui 3M.

”3M itu maksudnya: Mulai bersepeda dari diri sendiri, Mulai bersepeda dari jarak terdekat, dan Mulai bersepeda sekarang juga.”

Toto menyadari bahwa aktivitas bersepeda di perkotaan bukannya bebas dari tantangan. Selain udara penuh debu, banyak kota besar di Indonesia belum atau tidak punya jalur khusus sepeda. Bahkan, kata dia, sudah ada pengendara sepeda yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas karena berbagi jalan dengan kendaraan bermotor besar dan kecil.

Maka, wajarlah kalau salah satu harapan komunitas B2W adalah tersedianya jalur khusus untuk sepeda.

Jalur yang akan membuat aktivitas bersepeda bisa dilakukan dengan aman sehingga menjadi insentif bagi mereka yang ingin bergabung dalam komunitas ini, tetapi masih meragukan keamanan aktivitas bersepeda.

Di luar tantangan yang ada, Toto yakin, ide bersepeda besar faedahnya tidak saja bagi individu bersangkutan, tetapi juga untuk masyarakat, bahkan bagi kelestarian lingkungan Bumi.

Panitia ”Indonesia Berprestasi Awards” menilai, apa yang dilakukan Toto Sugito memiliki kekhasan yang relevan dengan permasalahan yang tidak saja dihadapi masyarakat Indonesia, dalam hal ini terkait dengan lalu lintas perkotaan yang semakin macet dan terkena polusi, tetapi juga dengan upaya bersama seluruh umat manusia untuk menanggulangi pemanasan global yang berakibat mengerikan.

Selasa, 16 Desember 2008

ProgNite

Start:     Dec 19, '08 7:30p
Location:     Viky Sianipar Music center, Jl. Minangkabau Timur # 43, Jakarta
info dari milis m-claro:

Indonesian Proggresive Society kembali menyelenggarakan Proggresive Nite
Menampilkan :
- Glosalia
- Prophet
- Votel Roffs
- IMANISSIMO

Waktu:
Jumat - 19 Desember 2008
mulai Pk. 19.30 - s.d. selesai

Tiket ( FDC ):
Umum .......................Rp 50.000,-
Mahasiswa/Pelajar ..... Rp 25.000,-

Senin, 15 Desember 2008

Extreme World Tour 2008-Take Us Alive, Tennis Indoor Senayan, Jakarta




Beberapa gambar lo-res diambil pake HP-SonEr serie G

Extreme World Tour 2008-Take Us Alive, Tennis Indoor Senayan, Jakarta

2 konser yang berbeda dari Original Production dalam tempo 5 hari, betul-betul membuat puazzz di penghujung tahun 2008 ini. Michael Franks yg kalem dan Extreme yang pecicilan betul-betul menjadi klimaks.

penampilan Extreme tadi malem bener-bener membuat takjub, Nuno, Gary, Pat dan Kevin betul-betul menyedot emosi penonton di Jakarta. Fisik yang prima, blocking panggung yang rapat dan memainkan lagu tempo tinggi, lighting yang indah banget. Sayangnya dari posisi tribun samping kiri panggung soundnya kedengaran gak jernih.

Gary meskipun sudah gak pecicilan kayak dulu, namun tetep liar lompat dan tekuk tubuh sana sini, atraksi yang gokil pas Gary ber rodeo ria di tumpukan amply disamping drum set Kevin.

Nuno ... masih slim, rambut gondrongnya udah gak kayak gadis sunsilk lagi, bertelanjang dada terlihat lebih macho. Main gitarnya waoooow...dan sempet main piano pula.

Pukul 20.20 lampu padam dan langsung dibuka dengan Decadence Dance yg langsung bikin penonton panas dan semakin menggila saat Medley Kid Ego, Little Girls, Play With Me.
Gejolak panas, didinginkan dengan nomer akustik Midnight Express dari Nuno, betul betul mantebbbbbbz

Setelah digoda dengan intro Love of My Life (Queen) dan Stairway to Heaven (Led Zeppelin) masuklah kedalam lagu yang bikin inget memory apalagi kalo bukan "More Than Words". Langsung Tennis Indoor berubah menjadi koor raksasa, lagu ini lebih banyak dinyanyiin crowd ketimbang Gary.

Suasana dingin-dingin hanyut, digeber panas kembali lewat nomor Ghost, It's a Monster, Take Us Alive , Get The Funk Out dst.

setelah 2 kali encore, konser ditutup dengan medley Queen: I Want to Break Free, Fat Bottomed Girl dan Tie Your Mother Down.
Saat medley Queen ini, saya merasakan aura seperti di VCD Tribute to Freddie di tahun 1992, sayang Stone Cold Crazy dan Radio Ga-Ga gak masuk. Kalo masuk dijamin bakal terjadi keplok massal di Tennis Indoor.

Thx Oom Tommy Pratama dan Original Production. Moga tahun depan Dream Theater & Iron Maiden, syukur-syukur Rolling Stones kebawa ke Jakarta. amiin

Minggu, 14 Desember 2008

Ketulusan Hati Michael Franks--Liputan Michael Franks di Kompas Minggu

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/12/14/01401757/ketulusan.hati.michael.franks
Ketulusan Hati Michael Franks

Minggu, 14 Desember 2008

Susi Ivvaty

Michael Franks, ya... Michael Franks. Suara lembutnya yang membuai kuping saat manggung di Hotel Ritz Carlton Pacific Place Jakarta, Rabu (10/12), hampir persis dengan suaranya versi rekaman di compact disc. Ia bilang, kekuatan dirinya sesungguhnya terletak pada ketulusan hati ketika bernyanyi maupun mencipta lagu.

Mungkin karena itulah Franks berulang-ulang memejamkan mata saat melantunkan lagu di Ballroom Ritz Carlton. Ia menghayati betul setiap bait lagunya sehingga penonton pun sampai ikut merem-merem.

Seorang penggemar sebelum konser mengaku penasaran melihat bagaimana seorang Michael Franks berada di atas panggung besar. Setelah melihat penampilan Franks, ia berkomentar pendek, ”Ya... seperti Michael Franks.” Surjorimba (42), penonton itu, menyambung, ”Seperti yang saya dengar di kamar malam hari sambil tiduran. Menghanyutkan.”

Tanpa atraksi

Franks (64) tidak beratraksi macam-macam di panggung, misalnya yang paling sederhana dengan memainkan gitar. Ia hanya berdiri di depan pengeras suara dalam posisi sama, atau sesekali beringsut ke belakang memberi kesempatan kepada musisi pengiring untuk bermanuver.

Diiringi band dengan personel Veronica Nunn (vokal), David Mann (saksofon dan flute), Jay Anderson (bas), Willard Dyson (drum dan perkusi), serta Charles Blenzig (piano), Franks memunculkan dirinya apa adanya. Kekuatan lagu dan suara khasnya yang tetap prima pada usia 64 tahun.

Sebanyak 16 lagu Franks nyanyikan. Ia membuka dengan ”Long Slow Distance” (1990), lalu ”Tiger in the Rain” (1979), dan ”Tell Me All About It” (1983). Saat lagu ”The Lady Wants to Know” (1977), penonton bertepuk keras sambil bersuit. Begitu pula ketika ”Down in Brazil” (1977) dan ”Eggplant” (1976). Lagu-lagu itu memang sangat populer. Seorang penonton berbisik kepada temannya, ”Terung saja bisa jadi lagu.”

Sedikit nukilannya: ”When my baby cooks her Eggplant/ She don’t read no book/ She’s got a Giocanna kinda of dirty look/ And my baby cooks her Eggplant/ Bout 19 different ways/ Sometimes I just have it raw with Mayonnaise”. ”Lagu ini memang bercerita tentang seorang vegetarian. Tadinya saya hanya memandang keluar lewat jendela dan mikir. Lalu jadi lagu itu,” terang Franks seusai konser.

Franks memilih enam dari delapan lagu yang pernah dinyanyikan pada saat konser bareng Crossfire tahun 1980. Lagu-lagu itu, selain ”The Lady Wants to Know”, yaitu ”Don’t Be Blue” (1977), ”When the Cookie Jar is Empty” (1978), ”B’Wana-He No Home” (1977), ”Monkey See Monkey Do” (1976), dan ”Antonio’s Song” (1977).

Ketulusan hati

Franks, yang merasa sebagai seorang romantis, memandang kekuatan dirinya adalah pada kesungguhan menyanyikan setiap lagu. ”Sincere..,” tandasnya. Baginya, ketulusan yang keluar dari hati akan terpancar dan menular.

Franks, kelahiran La Jolla, California, 18 September 1944, mengawali karier sebagai penulis lagu pada awal tahun 1970-an. Ia tidak sengaja memilih smooth jazz sebagai musik yang merepresentasi jiwanya. ”Saya tidak mendesain diri menjadi penyanyi jazz. Saya pernah mencoba berbagai genre, mulai country, pop, juga rock. Saya punya koleksi gaya musik yang berbeda-beda,” ujarnya.

Sebelum bergabung dengan label Warner Bros, pada tahun 1973-1975, seperti dikatakan Franks, ia banyak menulis lagu dengan musik yang seusai karakternya sendiri.

Franks banyak dipengaruhi oleh musik Brazilian, termasuk pencipta lagu asal Rio de Janeiro, Brasil, yang masyhur, Antonio Carlos Jobim. Ia pun mendedikasikan tiga lagu untuk Antonio, yakni ”Antonio’s Song (The Rainbow)”, ”Like Water, Like Wind”, dan ”Abandoned Garden”. ”Itu semua menjadi gaya saya,” ujarnya.

Di sisi lain, Franks juga menyukai musik instrumental dan secara alamiah musiknya kemudian condong kepada apa yang orang bilang sebagai smooth jazz. ”Naturally,” cetusnya.

Telah 17 album ia bikin. Album terakhir, Rendezvous in Rio, diproduksi pada tahun 2006 di bawah label Koch Records. Di sini, Michael Franks menggoyang penggemarnya dengan dentaman musik Amerika Selatan.

Mau apa pun jenis musiknya, kekuatan Michael Franks tetap pada lagu indahnya dan suaranya yang semerdu burung bernyanyi itu. Bisa juga seperti air tenang yang menghanyutkan.

Rabu, 10 Desember 2008

Michael Franks World Tour 2008-Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta

Akhirnya kesampaian lagi satu keinginan yang sudah lama terpendam, Menonton live Michael Franks.
Sejak pertama kali mendengar lagu Michael Franks di paruh 80 an, entah kenapa saya begitu terpesona dengan sosok vocalis yang satu ini. Bernyanyi dengan vocal datar dan rada sengau, Michael Franks begitu memikat saya, sehingga saya tetap memendam keinginan untuk menonton konsernya. Bahkan ketika preferensi saya lagi bergeser ke musik rock/metal, saya tetep setia membeli CD nya.
Dan tahun ini Original Promoter membawa Michael Franks konser di jakarta, Alhamdulillah tanggal 10 Desember 2008 menjadi realisasi dari mimpi panjang itu.

Berbekal selembar tiket paling murah, saya menuju Ritz Carlton, mall pacific place, tempat pertunjukan berlangsung. Sungguh beda dengan suasana konser yang selama ini saya datangi, dimana massa yang datang sudah ketahuan sejak awal, biasanya berkaos hitam, saat ini penonton terasa necis dan wangi layaknya nonton bioskop, berbaur dengan pengunjung mall.
Clingak-clinguk nyari barengan, akhirnya ketemu mas Hendra Kurniawan dan mas surjo, menyusul mas Didiek.

Jam 8 kurang mulai masuk ke venue, setelah dicek body dan distempel tangan, segera mencari duduk di barisan sektor paling belakang.

Tepat pukul 20.20 lampu dipadamkan, dan segera mengalun intro "Long Slow Distance" dari album Blue Pasific.
Yang agak mengherankan Michael Franks tampil diiringi dengan musik tanpa gitar, Diawali hanya keyboards "Charles Blenzig", drum  "Willard Dyson" dan bass betot "Jay Anderson".

Terlihat sudah sepuh, berkemeja putih, bercelana kargo dan berjas warna gelap Michael Franks tampil agak kedodoran vocalnya diawal pertunjukan.
Lagu kedua "Tiger in The Rain" tampil dengan tambahan saxophone, secara keseluruhan rintihan saxophone dan flute David Mann ini yang banyak menambal pertunjukan.
Lagu ketiga "Tell Me All About It" ada vokalis cewek bertampang Al Jarreau (Veronica Nunn) yang mengawal vocal Michael Franks.
Setelah beberapa lagu dan sudah panas, barulah vocal datar Michael Franks mengalir lancar.
Sempat beberapa kali istirahat, dan membiarkan musisi pendukung untuk bermain saat lagu Monsk New Tunes (ambil nafas mungkin mbah Franks, sambil ngunjuk kopi).

Duet vocal yang mantab terjadi saat lagu  When I Give My Love To You yg versi studionya berduet dengan Brenda Russel

Setelah 14 lagu pada pukul 21.40, Michael Franks CS ngacir turun panggung setelah menyelesaikan nomor "B'wana-He No Home", Penonton yang bertepuk panjang akhirnya dapet bonus 2 lagu encore

Satu nomor akustik Mr. Blue Michael Franks hanya tampil diiringi piano, dan sebagai pamungkas begitu terdengar intro flute mengalun, penonton bersorak, apalagi kalo bukan Antonio's Song.

Selama konser sedikit sekali bahasa tubuh Michael Franks muncul, semuanya terasa datar, namun itulah magis dari Michael Franks.

tracklist sepenangkepan telinga:
01 Long Slow Distance
02 Tiger in The Rain
03 Tell Me All About It
04 Don't Be Blue
05 When the Cookie Jar Is Empty
06 The Lady Wants to Know
07 Monkey See-Monkey Do
08 Rainy Night in Tokyo
09 Down in Brazil
10 Sunday Morning Here With You
11 Monk's New Tune
12 When I Give My Love To You
13 Eggplant
14 B'wana-He No Home

encore
15 Mr. Blue
16 Antonio's Song

Sabtu, 06 Desember 2008

The Michael Franks Anthology- The Art of Love

Rating:★★★★★
Category:Music
Genre: Jazz
Artist:Michael Franks
Tahun 2003
Format CD

Track list:
CD#1
01 Eggplant
02 Popsicle Toes
03 The Lady Wants to Know
04 B'wana - He No Home
05 Antonio's Song (The Rainbow)
06 When the Cookie Jar Is Empty
07 Meet Me in the Deerpark
08 Living on the Inside
09 Sanpaku
10 Tiger in the Rain
11 When It's Over
12 On My Way Home to You
13 Inside You
14 Lotus Blossom
15 Don't Be Blue [Live]
16 Monkey See - Monkey Do [Live]

CD#2
01 Tahitian Moon
02 Flirtation
03 When Sly Calls (Don't Touch That Phone)
04 Rainy Night in Tokyo
05 Sunday Morning Here With You
06 Your Secret's Safe With Me
07 When I Give My Love to You
08 Read My Lips
09 Innuendo
10 Leading Me Back to You
11 The Art of Love
12 The Dream [Live]
13 Monk's New Tune
14 Somehow Our Love Survives
15 Mr. Smooth


Album rilisan tahun 2003 ini sepertinya sangat layak sebagai bahan persiapan menyambut konser Michael Franks di Jakarta pada tanggal 10 Desember 2008 dan Surabaya pada tanggal 14 Desember 2008.

Album double disc dengan booklet mewah ini saya beli di Duta Suara Sabang berisikan total 31 lagu yang cukup mewakili karir panjang MF di dunia musik yang dalam catatan saya telah menghasilkan:
17 album studio
1 album Live barengan crossfire
4 album kompilasi termasuk album ini

CD 1 berisikan 16 track, merupakan nomor yang berasal dari masa 1975 s/d 1980. Diawali dengan nomer Eggplant sebuah lagu yang penuh bahasa tersamar yang dipetik dari album rilisan tahun 1975 The art of Tea.
Pada CD ini banyak sekali hits yang sudah pasti sangat akrab dengan penggemar di tanah air seumuran saya, macam "The Lady Wants to Know", "Antonio's Song (The Rainbow)", "Sanpaku", "Meet Me in the Deerpark" dan "Monkey See - Monkey Do" dengan nuansa berbeda yang dipetik dari album Live barengan Crossfire.

CD 2 berisikan 15 track yang berasal dari era setelah tahun 1980 yang dimulai dari album "Object of Desire" s/d "Barefoot on the Beach", dengan hits macam "Tahitian Moon", "Your Secret's Safe With Me", "When I Give My Love to You" (duet barengan Brenda Russel), "The Art of Love". Pada CD 2 ini juga terdapat nomer kolaborasi dengan pianis Joe Sample "Leading Me Back to You" serta nomer Live barengan The Yellowjackets "The Dream"

Sebagai suatu kompilasi, IMHO album ini sangat mewakili perjalanan Michael Franks. Dan ini merupakan album Kompilasi terbaik dibandingkan dengan 3 album Kompilasi Michael Franks lainnya, yaitu:
1998-Indispensable The Best of Michael Franks
1998-The Best of Michael Franks- A Backward Glance
2003-Love Songs

Sayangnya gak satupun nomer dari album "Previously Unavailable" ada di sini. Sehingga kita tidak bisa menikmati beningnya nomer "Little Sparrow" dan "Just Like Key Largo", warna country "Dobro Ladies" dan "Born With the Moon in Virgo"
Meskipun begitu album ini sangatlah Higly Recomended.

Kamis, 04 Desember 2008

Omah Mlaku

Salah satu yang menarik saat main ke Indonesian Consumunity Expo November lalu di Senayan adalah adanya bus besar yang nampang di pintu masuk plaza utara.
Penasaran, segera menghampiri, ternyata ini adalah bus wisata mewah punyanya PO Nusantara yang diberi nama Omah Mlaku.

Makin penasaran, segera daftar ke booth bismania (Komunitas pencinta bus). Dan memperoleh kesempatan melongok isi dalam bus.
Setelah masuk dipandu oleh pemandu yang ramah baru terasa istimewa omah mlaku ini.

Apa yang istimewa Omah mlaku dalam bahasa Jawa berarti rumah berjalan, benar-benar seperti rumah yang bisa berjalan.
  • Ada sofa empuk,
  • meja kerja,
  • kursi pijat elektronik,
  • LCD TV 32 inch plus satu set DVD karaoke,
  • 2 buah LCD TV 20 inch,
  • GPS,
  • Microwave,
  • Kulkas
  • koneksi internet 3,5 G Indosat, hehehehe bisa tetep ngempi di bus...:)
  • kamar mandi dan tempat tidur susun.
Manteb.....sambil bergumam diantara embusan AC yang bikin mak nyesss.

Terus pas nanya harga, dijawab dengan ramah sewanya adalah 6 juta perhari, minimal 3 hari dan saat ini baru melayani Pulau Jawa saja.

Mau mencoba?

Rabu, 03 Desember 2008

Extreme World Tour 2008- Take Us Alive

Start:     Dec 15, '08 8:00p
Location:     Tennis Indoor Senayan, Jakarta
Photobucket

Promotor: Original Production

Ticket
VVIP 550.000
VIP 250.000
Festival 350.000


Ticket Box
twins music blok m mall
021 9835 5044, 08129709469, 081310889243

note : daerah sudirman,thamrin dan sekitar blok m,sekitar ciputat, pi, radio dalam, kebayoran baru diantar min.2 tiket

Senin, 01 Desember 2008

Rockoustic

Start:     Dec 5, '08 8:00p
End:     Dec 5, '08 11:00p
Location:     The Bricks Lounge and Terrace, Sky Dining / Plaza Semanggi, 10th floor. Jakarta Pusat
info dari milis i-rock!

Akustikan The Miracle & KJP

Photobucket