Nyanyian jiwa
Bersayap menembus awan jingga
Mega mega
Terburai diterjang halilintar
Mata hati
Bagai pisau merobek sangsi
Hari ini
Kutelan semua masa lalu
Biru biru biru biruku
Hitam hitam hitam hitamku
Aku sering ditikam cinta
Pernah dilemparkan badai
Tapi aku tetap berdiri oh
Itulah petikan syair lagu Nyanyian Jiwa (album Swami 2), yang sangat menggetarkan sekaligus menegaskan bagaimana seorang Iwan Fals tampil dihadapan ribuan penonton yang memadati arena main stage PRJ 2009 pada Senin 22 Juni 2009.
Meskipun bukan di malam minggu namun pelataran stage penuh dengan kerumunan penonton dengan berbagai atribut OI.
Dengan ticket masuk PRJ seharga 15 ribu, malam itu Iwan Fals & band bermain sebagai pemuncak, setelah didahului penampilan pendekar blues Adrian Adioetomo, Krisyanto (mantan vocalis Jamrud), serta Rocket Rockers.
Sejak Adrian Main suasana sudah sangat terasa, bahwa penonton memang datang untuk Iwan Fals. Penonton adem ayem duduk di sudut-sudut pagar venue dan berteriak-teriak mengelukan nama Iwan. Panggung agak terasa hangat ketika Rocket Rockers tampil, meskipun tetap diselingi teriakan agar
Iwan segera tampil.
Memang terasa berat menjadi penampil awal malam itu....
wajah-wajah Security panggung terlihat begitu tegang melihat mulai panasnya suasana.
Akhirnya sekitar pukul 21.00 Iwan Fals muncul dengan gitar akustiknya dan tampil solo membuka konser dengan sebuah nomor yang dipetik dari album Sarjana Muda (1981) Bangunlah Putra Putri Pertiwi
Sinar matamu tajam namun ragu
Kokoh sayapmu semua tahu
Tegap tubuhmu tak kan tergoyahkan
Kuat jarimu kala mencengkeram
Bermacam suku yang berbeda
Bersatu dalam cengkerammu
Angin genit mengelus merah putihku
Yang berkibar sedikit malu malu
Merah membara tertanam wibawa
Putihmu suci penuh karisma
Pulau pulau yang berpencar
Bersatu dalam kibarmu
Terbanglah garudaku
Singkirkan kutu kutu di sayapmu
eeee, hee hee
Berkibarlah benderaku
Singkirkan benalu di tiangmu
Hei jangan ragu dan jangan malu
Tunjukkan pada dunia
Bahwa sebenarnya kita mampu
Mentari pagi sudah membumbung tinggi
Bangunlah putra putri ibu pertiwi
Mari mandi dan gosok gigi
Setelah itu kita berjanji
Tadi pagi esok hari atau lusa nanti
Garuda bukan burung perkutut
Sang saka bukan sandang pembalut
Dan coba kau dengarkan pancasila itu
Bukanlah rumus kode buntut
Yang hanya berisi harapan
Yang hanya berisi khayalan..
nomor yang menggetarkan yang masih relevan dengan kondisi bangsa saat ini semakin terasa menggetarkan dengan koor massal di arena.
pada lagu kedua, personil Iwan Fals Band segera masuk dan membawakan nomor Wakil Rakyat (Wakil Rakyat-1987), disusul dengan "Desa" (Manusia Setengah Dewa-2004).
Lagu keempat "Besar dan Kecil" (Belum Ada Judul-1992) dibawakan menarik sekali. Lagu yang aslinya versi akustik ini dibawakan full band dengan warna blues.
Iwan sempat menyebut PRJ serasa lagu Besar dan Kecil, dimana lebih dari 2000 UKM/Pengusaha Kecil tampil bareng 1000 an Pengusaha Besar dan ikut menggerakkan roda perekonomian rakyat.
Lagu kelima sangat cocok dengan suasana pilpres saat ini, seolah mengingatkan "Asik Gak Asik" (Manusia Setengah Dewa-2004), simak liriknya:
Dunia politik penuh dengan intrik
Cubit sana cubit sini itu sudah lumrah
Seperti orang pacaran
Kalau nggak nyubit nggak asik
Dunia politik penuh dengan intrik
Kilik sana kilik sini itu sudah wajar
Seperti orang adu jangkrik
Kalau nggak ngilik nggak asik
Rakyat nonton jadi supporter
Kasih semangat jagoannya
Walau tau jagoannya ngibul
Walau tau dapur nggak ngebul
............
...............
Setelah beberapa lagu dengan tema kebangsaan, di lagu keenam Iwan fals mulai merambah ke tema cinta dengan nomor "Entah" (Ethiopia-1986), dan disambung dengan "Aku Bukan Pilihan" (In Collaboration With-2003) berikutnya lagu lirih "Yang Tercinta" (50:50-2007), pada lagu tema cinta ini penonton seolah ingin relaks atau menikmati dengan duduk nglesot.
Pada lagu ini Iwan Fals sempat menghentikan penampilannya akibat adanya sedikit kericuhan di depan panggung. Iwan segera mendinginkan suasana dan meminta penonton untuk saling menjaga suasana. Terbukti kharisma Iwan yang luar biasa mampu menjinakkan emosi massa yang langsung tenang mengikuti lirik.
....
tenanglah, sabarlah, pastikan ada hari yang indah
dekatlah, sayangku, hapuskan segala duka derita.
...........
selesai dengan lagu tema cinta khas Iwan fals, suasana kembali dihangatkan dengan "Nyanyian Jiwa". Sebuah nomor yang menggetarkan sekali, koor bareng menggemakan syair..
...........
Nyanyian jiwa haruslah dijaga
Mata hati haruslah diasah
Nyanyian jiwa haruslah dijaga
Mata hati haruslah diasah
Menjeritlah
Menjeritlah selagi bisa
Menangislah
Jika itu dianggap penyelesaian
.................
sungguh merinding rasanya berada pada ritual malam itu...
suasana ini makin mendaki dengan lagu "Hio", pada ketukan perkusi pembuka Iwan sempat menyanyikan lagu "Jali-jali" pas sekali dengan suasana PRJ. lagu ini kembali menjadi semacam ritual dengan gumaman massal.
..........
Aku tak mau terlibat persekutuan manipulasi
Aku tak mau terlibat pengingkaran keadilan
Aku mau jujur jujur saja
Bicara apa adanya
Aku tak mau mengingkari hati nurani
......
Aku mau wajar wajar saja
Aku mau apa adanya
Aku mau jujur jujur saja
Bicara apa adanya
Aku mau sederhana
Mau baik baik saja
Aku hanya tahu
Bahwa orang hidup
Agar jangan mengingkari hati nurani
.......
pada lirik “Mulane dulur ayo dijogo Omongane lan kelakuane” Iwan menggantinya dengan bahasa betawi ...hahaha jadi lebih menggelitik dan apa adanya.
Suasana semakin panas dengan Lagu "Bongkar" (Swami-1989), Dan penontonpun mengepalkan tangan dengan teriakan
Oh oh ya oh ya oh ya bongkar
Oh oh ya oh ya oh ya bongkar
Oh oh ya oh ya oh ya bongkar
Oh oh ya oh ya oh ya bongkar
...........
Dan lanjut dengan lagu yang mengajak berjoget "Bento" (Swami-1989).
berikutnya "Pesawat Tempur" (1910-1988) sebuah lagu rayuan cinta yang menyenggol tentang perdamaian (hahaha jadi inget Imagine nya John Lennon)
....
Oh ya andaikata
Dunia tak punya tentara
Tentu tak ada perang
Yang banyak makan biaya
Oh oh ya andaikata
Dana perang buat diriku
Tentu kau mau singgah
Bukan cuma tersenyum
............
saat lirik "Penguasa penguasa, Berilah hambamu uang, Beri hamba uang" dilantunkan tiba-tiba panggung ramai dengan hujan koin yang membuat security panik melongok kearah pelempar koin., hahahaha itulah ritual yang gak dipahami security, disangka penonton melempari panggung untuk rusuh
Iwan kembali tampil solo dan mendinginkan suasana dengan "Tak Pernah Terbayangkan" ((50:50-2007) Dan sebagai pamungkas Sebagai hadiah HUT jakarta, Iwan Fals memberikan kado pahit dengan "Lagu Dua" (Hijau-1992).
...
Jakarta sudah habis
musim kemarau api
musim penghujan banjir
Jakarta tidak bersahabat
api dan airnya bencana
..........
Penampilan Iwan Fals band malam itu membawa warna yang lain dari apa yang ada di rekaman studionya, tampil dengan aransemen yang berbeda memberi warna yang lain. dan suasana konser bukan seperti layaknya pertunjukan, tapi lebih mengarah kepada suatu ritual kebersamaan.
Iwan Fals sendiri sungguh memberi gambaran bagaimana seorang seniman dalam berkesenian:
tampil apa adanya jauh dari kesan superstar, berkomitmen dan konsisten (dalam catatan saya sudah mencetak 34 album studio diluar kompilasinya selama karir bermusik selama lebih dari 32 tahun)
salut